Ilustrasi |
Terungkap sesuatu yang aneh nan
unik pada salah satu adat masyarakat Bima, khususnya di Desa Naru Kecamatan
Woha. Laksana penjual kue, perempuan paruh baya menjunjung seorang anak Balita
sembari berarak ‘Mai weli ana nami’
(Ayo beli anak kami, Bima,red).
Jompa Mbojo terkaget-kaget ketika
mendengar teriakan seorang ibu yang jual anak laksana menjajakan kue kepada
warga lain. Satu persatu, rumah warga di datangi sembari menawarkan seorang
anak yang dimasukan dalam sebuah keranjang. Setiap yang didatangi, ‘membeli’
Balita yang dijual tersebut dengan nominal yang bervariatif, mulai dari recehan
Rp1000 hingga Rp5000.
Ternyata, anak yang dijajakan
tersebut tak ditinggalkan pada ‘pembeli’. Saat warga ‘membeli’ anak Balita yang
dijajakan, si penjual menerima uang dengan kalimat-kalimat unik yang
diungkapkan dalam Bahasa Bima. Sementara sejumlah uang hasil ‘dagangan’,
menjadi hak si Anak untuk disimpan hingga dewasanya kelak.
Usut punya usut, keunikan
tersebut hanya-lah sebuah adat masyarakat Kabupaten Bima khususnya di Desa Naru
Kecamatan Woha, sebagai upaya mengusir roh-roh jahat yang dianggap kerap
mengganggu si Balita. Tatkala sang anak sering sakit, ‘Jual Anak’ adalah salah
satu solusi yang bisa ditempuhi masyarakat, agar si Balita sehat hingga dewasa
kelak.
Menjawab kekagetan Jompa Mbojo,
salah seorang Ibu bernama Arfah, sedikit menjelaskan adat ‘Jual Anak’ yang
diperankan seorang Ibu paruh baya tersebut. Menurut Arfah, cara itu sudah
menjadi kebiasaan masyarakat dalam menolak bala, tatkala seorang Balita sering
sakit-sakitan.
“Saat ini, memang sudah jarang
yang ‘menjual anak’ untuk tolak bala. Karena kecenderungan masyarakat selalu
berusaha menyembuhkan anak melalui cara medis dan kecanggihan-kecanggihan
tekhnologi. Ingin saya tegaskan, menjual anak bukan berarti anak tersebut akan
menjadi milik orang lain. Cara ini hanya sebuah kebiasaan,” urai Arfah.
Entah berangkat dari sugesti atau
kepercayaan masyarakat, menurut Arfah, ‘Jual Anak’ sangat ampuh menyembuhkan
anak. Jika cara tersebut sudah ditempuhi, si Balita akan jarang sakit dan jauh
dari gangguan roh jahat. “Uang hasil ‘dagangan’ ditentukan oleh Ibu si Balita.
Selain disimpan untuk si Anak hingga dewasanya, uang tersebut juga bisa
disedekahkan pada fakir miskin,” jawabnya.
Menilik aktivitas unik ini,
ternyata daerah Bima memiliki beragam adat yang kini telah tergerus jaman.
Mestinya, adat seperti itu perlu dilestarikan karena selain dipercaya bisa
mengusir roh jahat dan menjauhkan anak dari sakit-sakitan, kebiasaan ini juga
memiliki daya tarik tersendiri untuk dipertontonkan. (Joe)
No comments:
Post a Comment