Hama Tungro mulai menyerang tanaman padi warga masyarakat yang ada di
wilayah Kecamatan Belo, Palibelo dan Woha. Anomali yang terjadi sekarang
berdampak dengan munculnya berbagai penyakit yang menyerang tanaman
masyarakat tani, seperti Kecamatan Sape diserang belalang kumbara dan
Wilayah Kae pun terkena imbas berupa serangan hama tungro.
Kepala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikura (Dispertapa TH), Ir
H.Nurdin menjelaskan, selain wilayah Sape, hama tanaman padi juga dapat
dirasakan oleh para petani yang ada di wilayah Kae seperti Palibeo,
Belo, Woha dan Monta. “Hama tersebut saya temukan saat melakukan
monitoring ke wilayah Sape, Lambu dan Kae sejak Senin (18/4) lalu”,
jelasnya, di kantor UPTD Pertanian dan TH Kecamatan Woha, baru-baru ini.
Menurutnya,
hama tungro itu muncul akibat virus yang ada di dalam tanaman padi.
Tanaman padi yang terkena serangan virus itu, dapat diketahui dengan
melihat tanaman padi. Kalau terkena virus, tanaman padi akan berwarna
merah. Oleh karena itu, para petani harus mengantisipasi serangan virus
dengan mecabut tanaman padi yang sudah terkena, jangan dibiarkan
berkembang. Kalau tidak cepat dicabut, virus itu akan terus berkembang
dan memakan tanaman yang ada di sekitarnya sehingga kalau sudah
berkembang akan terkena puso atau gagal panen.
“Melihat tanaman
padinya berwarna merah, petani harus cepat-cepat mencabutnya jangan
dibiarkan terus, sebab virus akan berkembang dalam tanah. Untuk
mematikan gerakan virus tersebut tidak ada cara lain kecuali tanamannya
dicabut”, urai Nurdin.
Lanjut dia, hama tongro yang diakibatkan
virus sudah terlihat menyerang tanaman padi petani yang ada di Desa
Ncera, Lido dan Ngali Kecamatan Belo. Sedangkan Kecamatan Woha, terlihat
menyerang padi di wilayah Desa Pandai, Risa dan Donggobolo.
Oleh
karena itu, agar tidak berkembang Tungro, para peyani dianjurkan untuk
membalik tanah selama 10 hari sebelum dilakukan persemaian. Demikian
juga dengan lahan yang akan ditanam, tanahnya harus dibalik sambil
menunggu umur persemaian padi sebelum dipindahkan ke lahan yang akan
ditanamin itu. Tanah itu dibalik supaya pergerakan virus terputus. Kalau
itu tidak dilakukan, akan sulit untuk memutuskan rantai berkembang
biaknya tungro.
“Kalaupun dilakukan pembibitan di lahan sawah yang
ada serangan tongronya, sebelum dilakukan proses balik tanah, maka padi
yang ada akan terkena penularannya”, jelas Nurdin.
Soal antisipasi
serangan hama siput, H.Nurdin menjelaskan, setiap sawah yang akan
ditanam padi maka di lahan itu harus dibuatkan parit kecil, tanaman padi
harus berumur 25 hari, diberikan insektisida dan di setiap masuknya air
disimpan daun pepaya ataupun dahan yang banyak getahnya. Sehingga siput
akan lengket di daun papaya ataupun dahan yang banyak getahnya, dengan
demikian siput akan bisa diangkat, “itulah tips untuk antisipasi
serangan hama siput”, tandasnya. (ZUL)
No comments:
Post a Comment