Usman D Ganggang |
Dalam kehidupan sehari – hari, pemakaian
bahasa oleh pengguna bahasa tidak terlepas dari situasi berbahasa. Maksudnya,
demikian Tarigan dalam
bukunya berjudul Pendidikan Bahasa Indonesia (1992: 551), adalah perkataan yang
kita ucapkan harus dapat menyampaikan gagasan yang akan kita ungkapkan. Kadang
– kadang pengungkapan itu tidak secara langsung, melainkan dengan menggunakan
bahasa – bahasa kias sehingga unsur bahasa yang terdapat dalam rangkaian
kalimat itu tidak lagi ditafsirkan dengan makna unsur – unsur yang membentuk
kalimat itu. Di sini, baik pembicara atau penyampai pesan (= komunikator)
maupun penerima pesan atau pendengar (= komunikan), harus mampu menggunakan
sekaligus menafsirkan diksi (= pilihan kata) yang terdapat dalam kalimat.
Selanjutnya, Tarigan menjelas, penggunaan
bahasa yang demikian itu adalah pemakaian kata – kata dalam: idiom,
peribahasa, pemeo, atau majas. Idiom sering disebut juga ungkapan.
MenurutHarimurti Kridalaksana (1980) yang dikutip Tarigan,
menjelaskan: (1) idiom adalah konstruksi unsur – unsur yang saling
memilih, masing – masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama
yang lain. Contoh: sejalan dengan dalam kalimat: Sejalan
dengan pemikiran
Anda, saya berkesimpulan bahwa yang mencuri adalah tukang kebun di sebelah. (2)
Idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-
anggotanya. Contoh kambing hitam, dalam
kalimat: Dalam peristiwa itu, HANSIP menjadi kambing
hitam.
Berdasarkan unsur – unsur pembentuknya,
idiom dapat berupa: (1) idiom yang terdiri dari bagian tubuh, misalnya: berat
hati = kurang suka melakukan; jatuh hati = terkena asmara, cinta. (2) idiom
yang terdiri dari kata indera. Contoh : kritik pedas =teguran yang keras; mandi
basah = berbulan madu. (3) idiom yang terdiri dari nama warna. Contoh: lampu
hijau = mendapat izin; jago merah = api; dan lain – lain.
Ungkapan seperti tersebut di atas, terdapat
juga dalam Nggahi Mbojo atau Bahasa Bima (NB/BB). Salah satu
dari sekian ungkapan itu, yang disajikan penulis kali ini adalah ungkapan kalemboade.
Ungkapan ini sengaja diangkat bukan tanpa alasan. Kalau dicermati dengan
njelimet, maka ungkapankalemboade,
sangat akrab digunakan pengguna Nggahi Mbojo atau Bahasa Bima(NM/BB)).
Bagaimana tidak? Dalam berkomunikasi, warga Dou Mbojo, selalu mengungkapkan ungkapan
tersebut, boleh dikatakan sebagai proses awal berkomunikasi, iya setiap
awal pembicaraan selalu dimulai dengan kalemboade.
No comments:
Post a Comment