Setelah status gunung Tambora ditingkatkan dari normal ke waspada, tiga
jalur menuju obyek wisata lokal maupun mancanegara di lokasi setempat ditutup
sementara waktu untuk aktifitas pendakian. Pintu masuk Doro Peti, jalur
Pancasila dan jalur Kawinda To’i, ditutup sementara.
Kepala Badan Vulkanologi Gunung Tambora A. Haris, membenarkan pendakian
wisata menuju puncak gunung Tambora untuk sementara waktu ditutup. Hal itu
dilakukan menyusul peningkatan status gunung Tambora dari normal ke waspada
karena adanya peningkatan vulkanik. “Penutupan jalur pendakian ini sampai batas
waktu yang tidak ditentukan,” terangnya.
Haris menegaskan, pihaknya belum dapat memastikan sampai kapan larangan
pendakian wisata tersebut diberlakukan. “Kita belum dapat memastikannya.
Penutupan ini mulai dilakukan 30 Agustus,” paparnya.
Senada dikatakan Syaiful Bahari, salah seorang petugas pengantar pendaki
ketika dihubungi Jompa Mbojo. Ipul-sapaan akrabnya- mengatakan, jalur pendakian
sementara waktu telah ditutup. “Sudah ada surat yang turun dari badan
vulkanologi,” ujarnya.
Ipul yang menjalani profesi sebagai guide bertahun-tahun itu mengatakan,
sebelum adanya peningkatan status gunung Tambora, wisata lokal, luar daerah
maupun mancanegara sering kali mendaki puncak gunung Tambora.
Ipul adalah salah seorang warga asli Dusun Pancasila Desa Tambora yang jarak tempuh dengan puncak gunung Tambora cukup dekat. Semenjak meluasnya kabar peningkatan status gunung Tambora, rasa khawatir dan was-was mulai menyelimuti.
Ipul adalah salah seorang warga asli Dusun Pancasila Desa Tambora yang jarak tempuh dengan puncak gunung Tambora cukup dekat. Semenjak meluasnya kabar peningkatan status gunung Tambora, rasa khawatir dan was-was mulai menyelimuti.
Beberapa hari sebelum status gunung Tambora resmi ditingkatkan, masih ada 3
orang mahasiswa asal Jogjakarta yang melakukan aktifitas pendakian di gunung
Tambora tersebut. Ke tiga mahasiswa itu, turun setelah ada larangan.
“Mereka sempat bertamu ke rumah saat pertama kali mau mendaki dan turun karena ada larangan lantaran adanya peningkatan status dari normal ke waspada tersebut,” ucap Kepala Desa Tambora, Hasanuddin.
Selama ini, tutur Hasanuddin, gunung Tambora kerap ramai dikunjungi pada wisata yang menyalurkan hobi pendakian maupun wisata yang kepingin melihat kawah bekas letusan pada tahun 1815 silam. “Turis juga banyak yang mendaki,” katanya. Bim
“Mereka sempat bertamu ke rumah saat pertama kali mau mendaki dan turun karena ada larangan lantaran adanya peningkatan status dari normal ke waspada tersebut,” ucap Kepala Desa Tambora, Hasanuddin.
Selama ini, tutur Hasanuddin, gunung Tambora kerap ramai dikunjungi pada wisata yang menyalurkan hobi pendakian maupun wisata yang kepingin melihat kawah bekas letusan pada tahun 1815 silam. “Turis juga banyak yang mendaki,” katanya. Bim
No comments:
Post a Comment