Kegiatan Pembelajaran bagi 2220 warga belajar di Kecamatan Woha telah
berakhir, warga belajar sebanyak itu dibelajarkan oleh 11 Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) di 10 Desa yang ada di Kecamatan Woha.
Kepala UPT Dikpora Kecamatan Woha, Syahruddin A Latif A. Ma. Pd, mengatakan
bahwa pelaksanaan program pembelajaran untuk penuntasan warga Buta Huruf yang
ada di Kecamatan Woha sebanyak 2220 orang di laksanakan oleh PKBM dan Lembaga
Swadaya Masyarakat. Proses Pembelajaran dengan Pola 32 Hari, sejak di mulai 19
September lalu berjalan dengan baik. Namun tetap ada kendala, akan tetapi tidak
signifikan. “Kami selaku Pembina PKBM di Kecamatan, tetap melakukan koordinasi
dan pengawasan selama proses pembelajaran itu,” ujar Syahrudin, Kamis kemarin
di ruang kerjanya.
Pihaknya merasa bangga dengan para pengelola yang mampu melaksanakan
program itu secara baik, sehingga hasilnyapun sangat di rasakan oleh warga
belajar baik dalam hal kemampuan baca, tulis dan berhitung.
Kegiatan itupun telah mampu membawa perubahan perilaku bagi warga belajar,
sebelum adanya program itu warga belajar kurang berpenampilan. Dengan adanya
program itu, warga belajar telah mampu menunjuk jati dirinya dengan berdandan
rapi sebelum berangkat ke tempat prembelajaran. “Secara ekonomi, program ini
juga telah menambah penghasilan masyarakat karena setiap warga belajar
diberikan juga uang transportnya,” ungkap Ketua PGRI Woha itu.
Demikian pula pengakuan Kepala UPT Dikpora Belo, Hamzah S.Pd. mengatakan
bahwa program pembelajaran bagi warga buta huruf di wilayah Kecamatan Belo juga
berlangsung baik dan telah berakhir pula. Program itu tidak ada indikasi
kerugian Negara, pasalnya dana yang ada berdasarkan Rencana Anggaran Belanja sudah
sesuai dengan juklak juknis penggunaanya. “Proses pembelajarannya secara
serentak di mulai pada 19 September bulan lalu,” ujar Hamzah.
Kata dia, untuk Warga Buta Huruf
di Kecamatan Belo mencapai 3420 orang. Warga tersebut sudah di belajarkan oleh
15 PKBM tersebar di 8 Desa. Animo masyarakat terutama warga belajar untuk
mengikuti proses pembelajaranpun cukup tinggi, walaupun tingkat kehadirannya
tidak seratus porsen. Proses pembelajaran di langsungkan pada sore hari, bagi warga
buta huruf yang tidak hadir pada saat pembelajaran maka tutornya akan
membelajarkan di rumah yang warga buta huruf pada malam harinya. Demikian pula
para tutornya, sangat apresiatif untuk mengajar. Walaupun banyak para tutor
belum pernah mengikuti diklat Tutor, “jadi banyak suka dukanya yang dialami
para tutor, karena memang membelajarkan orang dewasa tidak sama dengan proses
pembelajaran anak SD,” ujar Hamzah. Ory
No comments:
Post a Comment