Ilustrasi |
Hujan awal musim biasanya selalu
membawa cerita dan kesan berbeda bagi setiap kelompok orang. Tergantung sungguh
pada kepentingan masing-masing. Baharuddin, warga dusun tani mulya tidak bisa
menyembunyikan raut kekhawatiran dari wajahnya dan mengeluhkan hujan yang
mengguyur Desa Naru Kecamatan Woha kali ini (11/11/2013) sebagai berkah yang
turun terlalu awal.
Pasalnya menurut dia hujan deras
jika berlangsung lama maka akan membuat 2 petak bawang yang telah 20 hari ditanamnya
itu tidak akan dapat tumbuh dengan baik. Baharuddin hanya bisa duduk tegang
dalam mesjid, dan ia mungkin sekali mewakili kekhawatiran rekan-rekan lainnya sesama
petani bawang yang ada di ‘Mangge Paninta’ (nama area persawahan, Red). Tetapi
untung bagi dia dan rekan-rekannya hujan meski deras tapi relatif tidak
berlangsung begitu lama.
Sementara Sanusi, warga dusun
yang sama sudah langsung bergegas keluar mesjid usai imam mengucapkan salam
mengakhiri sholat zhuhur secara berjamaah di Mesjid Ar-Rahmah Tani Mulya. Usut
punya usut ternyata Saiful mengkhawatirkan ayam jago yang ia kandangkan di
halaman samping rumahnya. Mengingat angin kencang dan air hujan yang
dihembuskan ke dalam sela-sela kandang sangat potensial merusak kesehatan ayam
jagonya.
Dan Masih tersisa 14 orang yang
merasa terperangkap hujan dan membantu Marbot menggulung permadani ke sudut
mesjid yang belum selesai direhab itu, agar tidak basah digenangi air hujan ketika
menerobos masuk lewat lantai dua. Yang Jompa Mbojo tahu, 6 orang di antara
14 orang tersebut adalah petani padi yang menurut mereka tentu saja hujan kali
ini adalah anugerah.
Tetapi lepas dari itu semua,
hujan yang mengguyur selama kurang lebih 30 menit tersebut disertai oleh angin
kencang itu sempat membuat panik warga. Bagaimana tidak, hampir-hampir angin
kencang merobohkan beberapa pohon yang tumbuh di rumah warga. Beruntungnya
angin kencang seolah-olah sengaja mencandai warga dan tidak bermaksud serius. Terlihat,
begitu beberapa pohon hampir-hampir roboh, anginpun mulai mengurangi
kecepatannya. Tetapi begitu pohon-pohon mulai tegak, angin kembali mengencang.
Terdapat seorang warga yang akrab
dipanggil Din. Meski menurut warga Dusun Tani Mulya kesehatan mentalnya sedikit
terganggu, nyatanya hanya Din seorang yang terlihat tanggap melakukan aksi
nyata menghalau angin kencang kali ini. Sedari awal dia sudah berdiri mendongak
di tengah jalan raya sambil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan layaknya
seorang Ground Marshall (tukang parkir pesawat, red) di apron bandara.
Syukurlah angin kencang seolah mengerti aba-aba visual yang diberikan Din.
Alhasil wargapun lega usai angin
kencang, satu-satunya jejak buruk yang ditinggalkan angin kencang kali ini
adalah terkelupasnya 2 papan seng rumah warga Dusun Tani Mulya bernama
Hasanuddin yang berprofesi sebagai supir. Itupun mungkin karena kebetulan dia
tidak sedang berada di rumahnya waktu kejadian berlangsung.
Dan seperti biasa usai hujan
deras awal musim selalu terlihat tumpukan sampah bertebaran di sepanjang jalan
Dusun Perintis Desa Naru. Diseret hujan dari halaman-halaman rumah warga dan
dari got yang telah hampir merata dengan badan jalan. [Mus]
No comments:
Post a Comment