Lahan tidur (foto atas) yang kini telah
menjadi lahan tani Nomor Satu (foto bawah)
|
Lima
warga pemilik lahan di kawasan So Paria Desa Tenga Kecamatan Woha tak pernah
bermimpi sebelumnya jika lahan mereka yang awalnya dipenuhi semak belukar dan bebatuan,
kini menjadi lahan nomor satu. Sebelumnya, sulit mereka bagaimana upaya
merubah lahan mati menjadi lahan pertanian siap tanam seperti sekarang ini.
Ruslan,
salah seorang pemilik lahan yang juga mantan Kades Tenga, mengatakan, mustahil bagi
mereka untuk bisa merubah daya guna lahan tersebut dalam jangka bertahun-tahun
ke depan seandainya tidak ada uluran dana dan keterkaitan kepentingan dari pihak
ketiga.
“Tidak
sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk menyulap lahan ini. Dana kami
sangat-sangat terbatas untuk melakukannya sendiri. Lahan kami ini dulunya lebih
parah dari lahan itu. Semaknya lebih penuh dan batunya lebih banyak,” Polos
Ruslan sembari mengajak Jompa Mbojo untuk membandingkan lahan mereka dengan
lahan lain yang masih terlantar.
Senada
juga dituturkan Abdurrahman, yang juga pemilik lahan. Mereka sampai melakukan
sujud syukur di lahan masing-masing mengingat dulu mereka hampir-hampir menjual
murah lahan tersebut. Namun sekarang mereka mengaku
punya harapan baru dan impian besar tentang panen. Bukan hanya tentang lahan yang
patut mereka syukuri. Lebih dari itu mereka juga sekarang telah menjadi bagian
dari tenaga penggarap lahan yang digaji oleh pihak ketiga.
“Ada
13 orang tenaga penggarap termasuk kami pemilik lahan dikontrak satu tahun.
Tiap bulan terima gaji 950 ribu, ditambah jatah beras masing-masing 30 kg,
rokok 2 pak, dan uang kopi 30 ribu” terang Abdurrahman.
Dijelaskan
Ruslan tentang pihak ketiga, awalnya ia bekerja sebagai supir sewaan yang bertugas
mengantar Teknisi Lapangan PT. Samirana yang ketika itu sedang melakukan survey
lahan ‘mati’ yang bisa dipinjam pakai untuk pengembangan tanaman latu. Dalam
perjalanan mengantar itulah Ruslan menawarkan lahan kepada mereka. Pihak PT menanggapinya
dengan tertarik dan mempertimbangkan untuk survey lahan yang ditawarkan.
Sepulang
dari mengantar, Ruslanpun menghubungi para pemilik lahan yang berdekatan dan menceritakan
tentang rencana serta strategi pengembangan PT terhadap lahan mereka. Lalu,
tanpa berbelit-belit akhirnya mereka sepakat menyetujui. Sehari kemudian, Teknisi
Lapangan PT melakukan survey terhadap lahan dimaksud yang lantas menghasilkan kontrak
kerja antara kedua belah pihak.
Adapaun
inti dari kesepakatan tersebut, menurut Ruslan adalah PT akan menanggung semua biaya yang dibutuhkan
untuk ‘membuka’ lahan mati mereka dan menunjuk mereka sebagai tenaga penggarap
lahan yang digaji oleh PT. Sebagai konsekuensinya, PT berhak atas penggarapan
lahan selama kurun waktu 1 tahun terhitung sejak awal Oktober 2013.
Alhasil,
lahan mati seluas 12 hektar yang sempat
membuat putus asa para pemiliknya tersebut tidak sampai 1 bulan sudah dipermak
menjadi lahan ‘nomer satu’ yang telah dibajak dan siap tanam. dan sekitar 500
are di antaranya telah ditanam dengan tanaman sweet sorghum. [Mus]
No comments:
Post a Comment