Ma'ati ketika menata dagangannya |
Ada banyak cara bagi masyarakat
untuk menjajakan hasil panen. Seperti di jalur lintas Tente – Parado, tepatnya
di persawahan Desa Tenga Kecamatan Woha, ditemukan beberapa lapak dadakan yang
dibangun masyarakat untuk menjual berbagai jenis buah dan sayur.
Jualan yang mereka gelar biasanya
merupakan hasil panen dari usaha tani suaminya masing-masing. Terkadang, ada
pedagang yang terpaksa membiarkan lapaknya kosong jika usaha tani suaminya
terserang hama sampai tidak bisa dipanen. Bahkan, ada juga yang menjual hasil
panen orang lain untuk mencari nafkah. “Jika suami saya tidak panen, lapak saya
kosong. Tapi kalau ada teman yang mau dijualkan hasil panennya saya bantu
dagangkan meski untungnya sedikit,” keluh Ma’ati.
Ma’ati telah menekuni usaha dagang
di pinggir jalan tersebut selama hampir 5 tahun. Ibu empat anak ini dituntut
kreatif untuk bisa ikut membantu perekonomian keluarga. Sebab, jika hanya
mengandalkan usaha tani suami, tidak cukup menyekolahkan anak. Karena hanya
mengandalkan hasil panen suaminya itu maka jenis dan kuantitas bahan dagangpun
tidak menentu.
“Tergantung musim dan hasil panen.
Kalau musim semangka, saya menjual semangka. Kalau musim tomat kita jual
tomat,” terang Ma’ati. Saat dijambangi Jompa Mbojo (20/11), lapak dadakan yang
hanya beratap terpal itu dipenuhi mentimun karena pada saat itu sedang musim
mentimun.
Ma’ati dan rekan-rekannya mengaku,
membuka lapak di kawasan persawahan malah lebih besar keuntungannya
dibandingkan dengan menggelar dagangan di pasar Tente. Katanya, selain dapat
menekan biaya transportasi, waktu berkunjung pembeli di pasar juga terbatas.
“Beda dengan di sini bisa sampai
sore. Di pasar hanya sampai jam 11 sudah sepi. Lagi pula kalau gelar dagang di
Pasar Tente butuh modal besar. Di sini kami tidak butuh modal karena jual hasil
panen suami,” terangnya.
Ma’ani mengaku bisa mendapatkan
untung antara Rp50 – 150 ribu per hari jika hasil panen suaminya ada. Namun
jika tidak, Ma’ani membutuhkan modal juga meski tidak sebesar modal yang
dibutuhkan di Pasar Tente.
“Jika mau untung terus harus ada
modal untuk beli bahan dagang dari panen orang lain. Karena ketersediaan jualan
maka untung yang kemarin-kemarin habis buat makan dan belanja anak,” jelas
Ma’ani.
Menurut perhitungan Ma’ani, modal
Rp1,5 juta sudah cukup baginya. Dengan modal tersebut ia memperkirakan bisa
untuk menjaga stock bahan dagangan dan menyediakan lebih dari satu jenis bahan
untuk menarik pembeli yang lewat atau sengaja datang untuk belanja. “Modal
Rp1.5 juta saya yakin dapat menstabilkan keuntungan perharinya yang berkisar
antara 50 – 150 ribu,” tandasnya. [Mus]
No comments:
Post a Comment