Sejauh ini, sejak dinyatakan
berstatus waspada, aktivitas Gunung Sangiang belum menunjukan ada peningkatan.
Kendati demikian, Petugas Pos Pemantau Gunung Sangiang Api (GS Api) tidak mau
lalai dan masih terus memantau perkembangan gunung api yang masih aktif di Bima
ini.
Dalam mengawasi perkembangan GS Api
ini, Ketua Pos Pemantau GS Api, H Junaiddin mengaku tetap siaga di depan
Sismografi (pencatat kegempaan). Sehingga setiap geliat vulkanologi gunung yang
membentuk pulau kecil ini akan tetap dapat dipantau. Meski demikian, hingga saat ini H.
Junaiddin belum bisa memprediksi apakah akan terjadi peningkatan aktivitas atau
tidak. Karena diakuinya, aktivitas GS Api ini kadang naik, kadang juga turun.
“Apakah ada peningkatan dari Waspada
ke Siaga, bahkan kembali normal, kami belum bisa pastikan. Karena
aktivitas gunung ini tidak menentu,” akunya, saat ditemui di Pos Pengamatan,
Desa Sangiang Sabtu (15/2) kemarin.
Seperti yang terjadi pada akhir
2012 silam, status SG Api ini pernah dinaikkan ke level siaga. Namun, selang
beberapa bulan kemudian, statusnya kembali normal. “Hal yang sama juga terjadi
pada tahun 2013 lalu. Status SG Api naik ke siaga, namun kembali normal lagi,”
paparnya.
GS Api dinyatakan berstatus waspada
beberapa hari lalu itu, menurut H. Junaiddin, karena waktu itu GS Api ditutupi
kabut yang tebal. Sehingga, jika dilihat dari pemukiman penduduk, gunung
tersebut tidak nampak. “Kondisi itu terjadi hingga 10 hari. Karena alasan itu,
kami naikan status menjadi Waspada, agar masyarakat tetap hati-hati,” imbuhnya.
Apalagi gunung yang memiliki
ketinggian 1,909 kilometer dari permukaan laut ini masih tetap menghasilkan
gempa. Dalam hitungan menit, terjadi gesekan di gunung tersebut. “Gempa tetap
ada, namun besarnya bervariasi,” tuturnya.
H Juaniddin mengaku, sesuai yang
tergambar oleh Sismografi, gempa terbesar mencampai 42 milimeter. Namun dia
tidak bisa beberkan berapa Hz besaran gempa tersebut. Karena pihaknya hanya
mengirim data mentah saja ke Bandung. “Kalau mau menentukan berapa Hz, harus
digabung antara kecepatan, waktu dan aplitut atau getaran,” jelasnya.
Gempa dengan angka sekian itu
dinilainya cukup besar. Meski getarannya tidak bisa dirasakan orang yang di
luar pulau, namun bisa dirasakan dalam satu pulau tersebut. “Kalau kita berada
di pulau, kita pasti akan merasakan,” lanjutnya.
Meski berstatus waspada, warga yang
bercocok tanam di GS Api ini masih tetap saja tenang. Saat ini, pertanian warga
di gunung api ini sedang panen. “Mereka memilih tetap bertahan, karena saat ini
mereka sedang panen,” terang H. Junaiddin.
Jika terjadi peningkatan aktivitas
yang berarti, H Junaiddin sudah menghimbau warga untuk mengungsi ke kawasan
Donggo, yang berjarak 5 kilometer dari puncak GS Api. “Demi menjaga keselamatan
mereka sendiri. Kami melarang warga mendekati radius 3 kilometer,” imbuhnya.
Sementara itu, Fan, salah satu
warga mengaku tidak terlalu khawatir dengan naiknya status GS Api ini.
Menurutnya, perubahan status gunung api ini sudah terbiasa. “Warga sudah biasa
dengan perubahan status ini, jadi belum terlalu khawatir, Kita lihat saja
nanti. Mudah-mudahan aktivitas gunung Sangeang tidak meningkat,” ujarnya.
[Alv]
No comments:
Post a Comment