Ua Pua sebuah
tradisi Islam yang menggugah, penuh makna, mengagungkan nilai-nilai
islam. Sebagaimana dikatakan Hj. Siti Mariyam, Ketua majelis Adat Sara
Dana Mbojo, bahwa “Islam sebagai agama Rahmatan lilalamin”
“Perayaan Hanta U’a Pua tidak hanya sekedar prosesi biasa, tetapii
Hanta U’a Pua mengandung sebuah janji yang disimbolisasikan dengan siri
puan yang dihantarkan oleh Penghulu melayu kepada Sultan Bima kala itu. “
bahwa setiap pembesar Dana Mbojo dari Sultan, Turelli, Jeneli dan
Gelarang harus berpegang teguh ajaran Islam dengan benar dan
sungguh-sungguh”. Itulah perkataan yang tertulis dalam naskah-naskah
lama.
Hal menarik juga yang diungkapkan oleh Ibu Maryam, tentang dalil
masuknya Islam di Tanah Bima. Menurutnya, Islam mulai bersemi di tanah
Bima tahun 1609. Bukti-bukti sejarah tertulis baik yang bersumber dari
Bo Melayu, ataupun catata-catatan yang bersumber dari kerajaan Gowa
tertulis masuknya Islam di Bima adalah pada tahun 1609 bukan 1640 yang
selama ini kita yakini”. Karena menurut Hj. Mariyam tahun 1940 itu
adalah wafatnya Sultan Abdul Kahir, atau mulai bertahtanya Sultan Abil
Khair.
Perayaan Hanta U’a Pua sendiri sebenarnya mulai dilaksanakan pada
masa Pemerintahan Sultan Abil Khair. Pada saat itu, U’a Pua merupakan
sebuah prosesi budaya, karena Sultan Abil Khair sangat cinta terhadap
seni dan budaya. Makanya, para penerus keluarga Melayu yang menyebarkan
Islam di tanah Bima menyepakati agar Islam tetap terus dapat di syiarkan
di tanah Bima dibuatlah sebuah prosesi seni dan budaya, tetapi tidak
meninggalkan nilai-nilai syiar Islam.
Jadilah prosesi adat Hanta U’a Pua sebuah perpaduan seni dengan
prosesi ritual yang mensimbolkan tentang janji yang harus selalu diingat
oleh Sultan”, janji dan peringatan ini disimbolisasikan dengan 99 buah
bunga telur (bunga dolu) yang melambangkan asmaul husnah. Bunga dolu
inilah yang menjadi sirih puan, setelah pada malam harinya diadakan
dzikir roko.
Keesok harinya, sirih puan diusung menggunakan uma lige. Juga
didalamnya terdapat tarian, yaitu tarian lenggo mbojo dan tarian lenggo
melayu. Tari-tarian inilah yang menjadi sebuah kesenian yang sakral pada
saat itu. Sakral karena tariang lenggo mbojo dan melayu ini hanya
dipertunjukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada
perayaan-perayaan Islam.
“begitulah perayaan U’a Pua adalah prosesi adat yang dipadukan dengan
seni yang tentunya bernuansa islami, Islampun tetap terus disyiarkan
sekaligus mengingatkan Sultan untuk terus menjalankan Islam dengan benar
dan bersungguh-sungguh”. (Joe)
No comments:
Post a Comment