Salahuddin, S.P |
Sulit
sekali merubah pola pertanian masyarakat yang secara tekhnis mereka terima
secara turun temurun darigenerasi ke generasi. Padahal sudah bertahun-tahun
banyak program bantuan yang dikucurkan. Disertai pula usaha penyuluhan yang
gencar dilakukan oleh UPT Pertanian Kecamatan Woha. Tapi
tidak kurang dari 80 % petani masih saja menggunakan pola tradisional ketimbang
pola yang lebih modern. Demikian keluhan dari pihak UPT ketika pihaknya giat
mengusahakan transformasi teknologi pertanian.
“Dari mulai pengolahan lahan sampai memasuki masa panen.
Semuanya mereka (Petani, Red) masih melakukannya dengan cara-cara tradisional. Mereka
lebih mempercayai tekhnik pertanian yang dilakukan oleh orang-orang tua mereka
sebelumnya.” klaim Salahuddin, salah seorang pegawai UPT yang ditemui di
kantornya (27/11) kemarin.
Lepas dari masalah kebiasaan, hal lainnya menurut
Salahuddin adalah para petani terkesan tidak mau repot dan mereka mengganggap
pola modern itu rumit, parahnya lagi mereka masih ragu-ragu dengan inovasi baru.
Ia mencontohkan, misalnya pola tanam dengan inovasi jajar legowo. Mereka
menganggapnya repot dan rumit, ada juga yang beralasan banyak tempat kosong dan
itu dianggap petani sia-sia .
Dicontohkan
Salahuddin pula tentang pupuk. Pihaknya sudah membagikan pupuk NHK tapi para
petani malah menuntut pupuk urea karena mereka anggap pupuk urea lebih baik,
padahal pupuk NHK lebih komplit kandungan haranya. Hanya masalah kebiasaan
saja. “UPT juga dulu pernah memberikan bantuan pupuk kandang, tapi oleh petani
bahkan ada yang digunakan untuk menimbun halamannya” imbuhnya.
Ironi lain yang ditemui UPT di lapangan adalah kebiasaan
meniru petani yang salah. Salahuddin menuturkan, ada seorang petani yang
memotong mata bajak dari mobil bajak yang baru dibelinya. Ketika ditanya
alasannya, petani itu menjawab karena ia melihat mobil bajak lainnya (yang
rata-rata sewaan) mata bajaknya rendah. Padahal mata bajak yang rendah itu
adalah bentuk kecurangan pihak penyewa agar mempercepat tempo membajak tapi
diikuti oleh petani. [Zul]
No comments:
Post a Comment