Hujan
yang mengguyur rata di wilayah Kabupaten Bima, khususnya bagian
selatan selama 3 hari terakhir ini membuahkan bencana banjir yang
besar di beberapa tempat hari ini, Rabu (25/12). Sebagaimana diklaim
oleh banyak pihak yang menjadi korban banjir di Kecamatan Woha, bahwa
banjir kali ini seingat mereka adalah yang terparah dari yang mereka
alami Selama ini.
Dikhabarkan,
Desa Tangga dan Desa Sie Kecamatan Monta adalah yang paling parah
diserang banjir. Menurut sumber yang kami hubungi via telephone,
beberapa rumah warga di Sie dan Tangga yang tinggal dekat bantaran
sungai sampai ada yang hanyut dibawa banjir. Belum ada keterangan
resmi dari Badan Penanggulangan Bencana (BPB) Kabupaten Bima tentang
hal ini. Karena sampai berita ini dilansir pihak BPB yang turun
memantau belum bisa memberikan keterangan resmi. Tetapi melihat besar
dan derasnya luapan banjir yang sampai di Kecamatan Woha sendiri,
maka khabar tesebut menjadi masuk akal.
Dari
hasil pantauan Jompa Mbojo, di Woha sendiri yang paling parah
menderita banjir adalah Desa Tenga, Naru dan Nisa. Praktis areal
persawahan yang yang menyebar di tiga Desa tersebut terlihat rata
tergenang banjir. Bisa dipastikan, areal persawahan yang baru saja
ditanami benih tersebut ludes tertelan banjir. Persawahan di Desa
Rabakodo juga mengalami nasib serupa, hanya saja di Rabakodo, banjir
tidak sampai parah meluapi pemukiman warga. Beda halnya dengan Tenga,
Naru, dan Nisa.
Terkait
pemukiman warga, menurut beberapa warga yang kami temui di tiga
lokasi bencana. Banjir yang merupakan kiriman dari Wilayah Kecamatan
Parado ini, mulai meluapi pemukiman mereka sekitar Pukul 4.30 dini
hari. Sampai Pukul 9.30, banjir belum memperlihatkan tanda-tanda
surut bahkan semakin naik. Di Naru saja sampai menggenangi lantai
rumah warga hingga setinggi lutut orang dewasa. “Ini adalah pertama
kalinya saya alami. Biasanya banjir yang meluap selama ini tidak
sampai menggenangi lantai rumah,” aku Zulkarnain (38), salah satu
korban banjir di Desa Naru.
Sementara
di Nisa, banjir menggenangi Lapangan Bola Garuda Tente hingga sebatas
perut orang dewasa. Di Nisa tepatnya di Dusun Beringin adalah yang
terparah dialami pemukiman warga. Karena selain mendapat luapan air
dari sungai ‘Ama Ta’ mereka juga mendapat luapan air dari banjir
kiriman wilayah Desa Ncera. “Ini banjir double, Mas. Kita
dibanjiri dari dua arah. Dari kanan kita dapat kiriman (banjir, red)
dari Parado dan dari kiri dari kiriman Ncera,” keluh Salahaudin
(37), warga Beringin.
Saking
parahnya banjir kali ini, sempat beredar khabar di tengah-tengah
warga Woha bahwa DAM Pela Parado akan jebol. Warga yang mendengar
khabar tak sedap tersebut sempat panik. Karena bisa dipastikan jika
DAM Pela benear-benar jebol, maka wilayah Woha sendiri akan menjadi
'lautan'. Untungnya, Pihak BPB Bima lamgsung bertindak menenangkan
warga dengan menggunakan mobil patroli mereka menyerukan di sepanjang
jalan lintas Tente-Parado agar warga tetap tenang dan tidak melakukan
upaya pengungsian. Karena khabar jebolnya DAM Pela tersebut tidak
benar. Sampai berita ini dilansir,
Pukul 11.00, banjir belum memperlihatkan tanda-tanda akan surut. Tapi
kepanikan warga atas isu Jebolnya DAM Pela telah mereda (Adn)
No comments:
Post a Comment