text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Program Sejuta Kuda perlu Dikembangkan di Bima
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Wednesday 7 September 2011

Program Sejuta Kuda perlu Dikembangkan di Bima


Banyaknya pecinta kuda di Kabupaten Bima terutama sekali kuda pacuan, tidak dibarengi dengan program sejuta kuda di Kabupaten Bima. Demikian diungkapkan, salah seorang warga pecinta kuda pacuan, Jasmin S.Pd. 
Menurut Jasmin, selama ini di NTB secara umum dan Bima pada khususnya hanya dikenal dengan program sejuta sapi, padahal kuda juga memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi dibanding sapi. 
Kata dia, untuk kuda pacuan umur 6 bulan saja nilai jualnya mencapai Rp 5-6 juta per ekor, sedangkan sapi belum tentu mempunya nilai jual sebesar itu. Sedangkan berbicara masalah harga daging, daging kuda juga tidak kalah mahal dengan harga daging sapi. 

Sekarang harga daging sapi berkisar Rp 60 ribu per kg, sementara harga daging kuda juga tidak jauh beda dengan harga daging sapi. “Harga daging kuda di daerah Jeneponto Sulawesi sangat tinggi bila dibandingkan dengan harga daging sapi. Untuk satu kilo gram daging kuda sebesar Rp 70-80 ribu”, jelasnya. 
Masih menurut Jasmin, Pemerintah Kabupaten Bima harus mengembangkan peternakan kuda melalui program sejuta kuda, karena di daerah Bima disamping banyak pecinta kudanya, nilai ekonomisnya juga sangat tinggi. Selama ini kita hanya bisa mengexploitasi kuda Bima ke Jeneponto, padahal daerah Bima bukan daerah produksi kuda. 
“Kami khawatir, di Bima populasi kuda berkurang karena sering diexploitasi terutama kuda betinanya, sementara produksinya tidak ada. Di Bima sendiri masih mendatangkan kuda dari Sumba - NTT. Oleh karena itu pemerintah diminta untuk melarang perdagangan kuda betina (induk kuda)”, pintanya.
Bila perlu, kata Jasmin, induk kuda harus dibeli dari luar daerah supaya kuda di Bima bisa berkembang dengan baik, sehingga daerah Bima dikenal dengan daerah penghasil kuda. Seperti di Kalimantan yang dikenal dengan batu bara dan kelapa sawitnya. (Zul)

No comments:

Post a Comment