text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Lahan Berbatu 'So Paria' Disulap jadi Lahan Nomor Satu
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Sunday 24 November 2013

Lahan Berbatu 'So Paria' Disulap jadi Lahan Nomor Satu



Lahan tidur (foto atas) yang kini telah
menjadi lahan tani Nomor Satu (foto bawah)
Woha, 24 November 2013

Lima warga pemilik lahan di kawasan So Paria Desa Tenga Kecamatan Woha tak pernah bermimpi sebelumnya jika lahan mereka yang awalnya dipenuhi semak belukar dan bebatuan, kini menjadi lahan nomor satu. Sebelumnya, sulit mereka bagaimana upaya merubah lahan mati menjadi lahan pertanian siap tanam seperti sekarang ini.

Ruslan, salah seorang pemilik lahan yang juga mantan Kades Tenga, mengatakan, mustahil bagi mereka untuk bisa merubah daya guna lahan tersebut dalam jangka bertahun-tahun ke depan seandainya tidak ada uluran dana dan keterkaitan kepentingan dari pihak ketiga.

“Tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk menyulap lahan ini. Dana kami sangat-sangat terbatas untuk melakukannya sendiri. Lahan kami ini dulunya lebih parah dari lahan itu. Semaknya lebih penuh dan batunya lebih banyak,” Polos Ruslan sembari mengajak Jompa Mbojo untuk membandingkan lahan mereka dengan lahan lain yang masih terlantar.


Senada juga dituturkan Abdurrahman, yang juga pemilik lahan. Mereka sampai melakukan sujud syukur di lahan masing-masing mengingat dulu mereka hampir-hampir menjual murah lahan tersebut. Namun sekarang mereka mengaku punya harapan baru dan impian besar tentang panen. Bukan hanya tentang lahan yang patut mereka syukuri. Lebih dari itu mereka juga sekarang telah menjadi bagian dari tenaga penggarap lahan yang digaji oleh pihak ketiga.

“Ada 13 orang tenaga penggarap termasuk kami pemilik lahan dikontrak satu tahun. Tiap bulan terima gaji 950 ribu, ditambah jatah beras masing-masing 30 kg, rokok 2 pak, dan uang kopi 30 ribu” terang Abdurrahman.

Dijelaskan Ruslan tentang pihak ketiga, awalnya ia bekerja sebagai supir sewaan yang bertugas mengantar Teknisi Lapangan PT. Samirana yang ketika itu sedang melakukan survey lahan ‘mati’ yang bisa dipinjam pakai untuk pengembangan tanaman latu. Dalam perjalanan mengantar itulah Ruslan menawarkan lahan kepada mereka. Pihak PT menanggapinya dengan tertarik dan mempertimbangkan untuk survey lahan yang ditawarkan.

Sepulang dari mengantar, Ruslanpun menghubungi para pemilik lahan yang berdekatan dan menceritakan tentang rencana serta strategi pengembangan PT  terhadap lahan mereka. Lalu, tanpa berbelit-belit akhirnya mereka sepakat menyetujui. Sehari kemudian, Teknisi Lapangan PT melakukan survey terhadap lahan dimaksud yang lantas menghasilkan kontrak kerja antara kedua belah pihak.

Adapaun inti dari kesepakatan tersebut, menurut Ruslan adalah PT  akan menanggung semua biaya yang dibutuhkan untuk ‘membuka’ lahan mati mereka dan menunjuk mereka sebagai tenaga penggarap lahan yang digaji oleh PT. Sebagai konsekuensinya, PT berhak atas penggarapan lahan selama kurun waktu 1 tahun terhitung sejak awal Oktober 2013.

Alhasil, lahan mati seluas 12 hektar  yang sempat membuat putus asa para pemiliknya tersebut tidak sampai 1 bulan sudah dipermak menjadi lahan ‘nomer satu’ yang telah dibajak dan siap tanam. dan sekitar 500 are di antaranya telah ditanam dengan tanaman sweet sorghum. [Mus]

No comments:

Post a Comment