text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: ‘Mpama’, Tradisi Mendongeng Yang Kini Jadi Dongeng di Bima
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Tuesday 10 December 2013

‘Mpama’, Tradisi Mendongeng Yang Kini Jadi Dongeng di Bima



Ilustrasi

Mendongeng sudah tidak lagi menjadi bagian dari budaya mendidik kita. Ledakan teknologi terutama di dunia hiburan dan gencarnya produk konsol game modern yang telah sampai ke pelosok-pelosok desa, diduga punya andil besar terhadap hilangnya budaya mendongeng yang hingga era 90-an pernah menjadi tradisi di Bima, sampai lambat laun seperti sekarang ini dongeng seolah punah dari kehidupan masyarakat. Bisa jadi di daerah lain di Indonesia, mendongeng telah lama dijadikan sebagai bantal TV.

Di Bima sendiri, Mpama (Baca : dongeng) dulunya tidak hanya disifati sebagai alat untuk menghibur semata. Lebih dari itu, Mpama merupakan bagian dari romantisme pendidikan (Baca : Pendidikan rumah tangga) yang sangat efektif. Di kampung penulis sendiri kala itu sempat ada semacam pameo yang dalam Bahasa Indonesianya kira-kira berarti ‘Kalau ingin menikah, belajarlah mendongeng terlebih dahulu’. Pameo yang mengindikasikan betapa besarnya peranan Mpama ini dalam kehidupan keluarga dan betapa anak-anak menggemarinya. Sampai seolah-olah dijadikan ukuran dari kemampuan membina rumah tangga. Dan itu ada benarnya juga waktu itu.

Tak perlu dalam kita membedah sampai kepada pengaruh mendongeng terhadap perkembangan sikap dan psikologi anak. Semua orang juga tahu kalau dongeng sarat akan makna dan pesan. Yang menarik adalah, orang-orang tua kita di Bima dulu sepertinya tau betul bahwa Mpama dapat membangun kedekatan emosional antara mereka dengan anak-anaknya.

Ambil contoh Bunyamin (38 Tahun), kepada penulis bercerita dulunya sewaktu kanak-kanak dia bersama adik perempuannya lebih senang menginap di rumah kakeknya hanya karena kakeknya itu pintar mendongeng. Sementara, Ibrahim (40 Tahun, kakak Penulis) sebagaimana dikenang oleh Ibu penulis. Sesekali dulunya jika Ibrahim terbangun di tengah malam, maka dia tidak akan mau tidur kembali jika belum mendengarkan dongeng. Pernah ibu kami mencoba mendongenginya, tapi saat seperti itu Ibrahim hanya dan hanya akan tidur jika didongengi oleh Nenek kami (almarhummah) yang memang pintar mendongeng. Maka terpaksa Bapak kami kala itu pergi ‘memboyong’ nenek malam-malam ke rumah untuk mengantarnya kembali tidur. Tidak sedikit pula orang tua tempo dulu yang mengaku kalau anak-anaknya rewel dan menangis karena sesuatu hal maka dia akan membujuk anak-anaknya dengan Mpama. Dan itu sering berhasil katanya.

Maka tidak heran jika di Bima dulunya pernah ramai pendongeng dan ada yang menjadikannya sebagai ‘profesi’ di usia senja. Sekelumit contoh mungkin, Penulis masih ingat dulunya di Tahun 80-an waktu duduk di bangku SD, selepas sekolah dan mengerjakan PR biasanya bersama teman-teman sebaya berombongan mendatangi tukang dongeng. Terkadang kami tidak makan siang di rumah, tapi membawa ‘jatah’ makan siang dari rumah masing-masing dan kemudian membagi jatah tersebut kepada Dua Eno (nama Tukang Dongeng) untuk disantap bersamanya. Dua Eno (Almarhum) ini tidak akan pernah mau mendongeng sebelum kami memberinya sesuatu. Sesuatu itu bisa berbentuk uang, beras, gula, kopi, kertas rokok, tembakau, dan bisa juga dengan berbagi makan siang seperti contoh di atas. Semakin banyak kami memberinya sesuatu maka akan semakin lama durasi waktu mendongengnya. Penulis yakin di tempat lain di Bima pasti ada banyak ‘Dua Eno’ yang lainnya dulu.

Tapi sekarang menurut hemat penulis, secara keseluruhan tradisi ‘Mpama’ di Bima sudah menjadi ‘Mpemo’. Dengan kata lain, mendongeng telah menjadi bagian dari dongeng itu sendiri. [Mus]

No comments:

Post a Comment