text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Mitan Langka, Warga Woha Ngeluh
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Tuesday 22 December 2009

Mitan Langka, Warga Woha Ngeluh

Kebutuhan warga untuk mendapatkan minyak tanah (mitan), terasa sulit. Kebutuhan pokok masyarakat yang mestinya mudah diperoleh dari pengecer ini, beberapa pekan terakhir mulai langka.

Astuti, warga Dusun Tani Mulya Desa Naru Kecamatan Woha mengaku, dia dan beberapa warga lain harus kembali mencari kayu di kaki gunung untuk mencari kayu. Minyak tanah untuk kebutuhan kompor yang biasanya mudah didapatkan, mulai susah diperoleh. “Beberapa minggu terakhir kita lebih sering memasak dengan kayu bakar,” ujar, Astuti beberapa waktu lalu

Dirinyapun sudah berupaya mencari minyak tanah di pengecer desa lain, namun tetap saja susah didapatkan. Hal sama juga dikatakan Linda, warga Dusun Sinar Desa Naru yang harus rela keliling mencari minyak tanah dari desa satu ke desa lain di Kecamatan Woha. Meski di desanya banyak pengecer minyak tanah, namun kebutuhan dasar warga itu selalu tidak tersedia. “Kalau sudah begini tentunya susah kita mendapatkannya dan harus bersabar menunggu,” keluhnya.

Pengecer minyak tanah di Desa Naru, Baiduri, mengakui pangkalan ecerannya mulai kesulitan memperoleh minyak tanah. Diakuinya, minyak tanah yang di suplay sub Rayon Pertamina Bima, hanya dua drum seminggu. “Kadang juga kita Dijatahi satu drum,” katanya.

Sejak langkanya minyak tanah, dirinya harus menyimpan jirgen berbagai jenis dan ukuran dari warga yang memesan lebih dulu. Warga yang memesan juga tidak hanya di Desa Naru, melainkan dari Desa lain. “Sebelum minyak datang, tumpukan jirgen sudah memadati halaman jualan saya,” katanya.

Dari kelangkaan minyak tanah, lanjut dia, minyak yang biasanya datang pada hari Selasa, akan habis pada hari itu juga. Dan dirinya pun membaginya harus merata pada setiap pembeli, dia mengaku hanya memberikan sebanyak empat liter saja untuk tiap pembeli. “Kita baginya merata, agar bisa dapat semua,” tuturnya.

Dari kelangkaan minyak itu, dirinya pun tidak menaikan harga dari yang ditentukan. Dirinya tetap menjual sebesar Rp300/liter. “Harganya masih seperti harga sebelum terjadinya kelangkaan,” ujarnya. (Mus)

No comments:

Post a Comment