Parado merupakan salah
satu wilayah yang berada didataran tinggi Bima. Parado merupakan salah satu
kecamatan yang ada di Kabupaten Bima, dengan sebaran 5 desa, yaitu, Desa Kanca,
Desa Parado Rato, Desa Parado Wane, Desa Kuta dan Desa Lere.
Foto : http://alanmalingi.files.wordpress.com |
Bagi masyrakat desa Kuta “Mbohi Dungga’’ lebih dikenal dengan “Mbumbu Dungga”, penyebutan “mbohi dungga” oleh masyarakat bima pada umumnya dikarenakan proses pembuatan melalui fermentasi dari Jeruk parut (dungga mbudi) yang ditambah dengan garam dan disimpan di tempat yang tertutup dalam tempo waktu tertentu, sampai dungga mbudi dan garam melebur menjadi satu.
Pada umumnya, peracikan ‘Mbuhi Dungga’ sendiri, dilakukan oleh para warga desa Kuta, Parado Rato dan Kanca. Desa ini terletak di dataran tinggi wilayah Kecamatan parado. ‘Mbohi Dungga’ berfungsi sebagai makanan pendamping lauk yang berbahan dasar jeruk purut atau dalam bahasa Bima (nggahi Mbojo) nya dungga mbudi.
Proses pembuatan ‘Mbohi Dungga’ ini masih tradisional dan belum tersentuh
teknologi modern. Kendati demikian makanan yang kerap digunakan sebagai sambal
khas Dana Mbojo ini, telah banyak diminati oleh masyarakat baik di dalam maupun
di luar daerah Bima. Selain harga ‘Mbohi Dungga’ murah, kualitas rasa dan
nikmatnya bisa diandalkan dan punya ciri tersendiri. Bahan-bahannya banyak dan
mudah didapat antara lain bahan baku jeruk purut, cabe, garam, serta air.
Desa kuta merupakan desa yang terletak di sebelah utara ibu kota Kecamatan Parado (Parado Rato). Luas wilayah 2,202Ha, didominasi sawah tadah hujan dan tegalan seluas 1,205 Ha selebihnya adalah wilayah pemukiman. Dahulu sebagian besar penduduk desa Kuta bekerja sebagai petani atau berkebun, sebagian kecil saja berprofesi sebagai pengrajin Home Industri ‘Mbohi Dungga’. Seiring dengan perkembangan yang ada, semakin tinggi pula animo masyarakat yang mengkonsumsi ‘Mbohi Dungga’, sebagian besar warga akhirnya perlahan beralih profesi yaitu menekuni industri kecil ‘Mbohi Dungga’.
Belum ada yang dapat mengungkapkan secara pasti kapan kerajinan ‘Mbohi Dungga’ mulai berkembang di wilayah ini, ketrampilan membuat dan meracik ‘Mbohi Dungga’ di peroleh turun temurun dari nenek moyang. “Tetapi tidak semua warga Parado dapat meracik ‘Mbohi Dungga’ yang lezat, nikmat dan tahan lama. Konon ‘Mbohi Dungga’ yang bagus itu dapat di simpan tahunan. Semakin lama di simpan, semakin enak rasanya”.
Bagi para masyarakat Bima rantau yang berada diluar daerah, salah satu oleh-oleh yang paling digemari dan diharapkan adalah ‘Mbohi Dungga’ di samping Oi Ani (air madu). Hal ini menandakan, ‘Mbohi Dungga’ tetap digemari oleh masyarakat Bima secara turun temurun sebagai menu sambal khas. Tentu ini adalah potensi yang harus dilirik oleh para pengambil kebijakan untuk tetap terus didorong untuk ber-produksi. Sebab, tidak semua warga Parado dapat meracik ‘Mbuhi Dungga’ ini, sehingga mantap dilidah.
No comments:
Post a Comment