text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Ulah Cowboy Siswa SMAN 1 Woha Yang Menggemparkan
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Tuesday 26 November 2013

Ulah Cowboy Siswa SMAN 1 Woha Yang Menggemparkan



Nazamuddin (tengah dengan kacamata)
berpose bersama murid-muridnya

Woha, 25 November 2013

Tanggal 25 Oktober mestinya akan menjadi hari yang paling membahagiakan bagi segenap guru SMA Negeri 1 Woha. Karena rencananya akan ada beragam atraksi dan hiburan menarik lainnya yang telah dipersiapkan oleh puluhan siswanya sebagai bentuk apresiasi dan persembahan mereka terhadap guru-gurunya.   Tapi sayang, hari bahagia dan khidmat yang sedang berlangsung tersebut berubah menjadi hari yang memprihatinkan akibat onar yang diterbitkan oleh salah seorang muridnya yang berulah layaknya seorang cowboy.


Kejadian bermula pada pukul 10.30 waktu setempat, ketika sebagian besar murid dan guru sedang dipusatkan di lapangan sekolah untuk menonton berbagai atraksi seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Pada saat mempersiapkan atraksi tersebut Nazamuddin, Wakasek Sarpras yang sedang memantau lingkungan sekolah melihat Ari Nandrawan bersama temannya yang terlihat memanggul tas datang berkendara memasuki halaman sekolah. Mereka turun dari motor dan hendak melangkah ke arah kerumunan di lapangan. Nazamuddin yang melihat penampilan Ari yang ugal-ugalan langsung mencegat dan menegur Ari yang lantas ditempelengnya satu kali. Sikap Ari yang memberontak membuat Nazamuddin kembali melayangkan tempelengan yang kedua namun dihindari Ari.

Tidak terima ditempeleng gurunya, Ari yang sudah duduk di bangku kelas XII itu kemudian berlari-lari mencari temannya yang sejak kejadian tadi melihat gelagat buruk sudah menghindar dan sembunyi. Setelah mendapati temannya, Ari langsung merampas tas yang dipanggul temannya dan mengeluarkan sepucuk pistol rakitan di hadapan banyak ibu gurunya yang sedang duduk di deretan bangku sepanjang lorong sekolah. Diacung todong dengan pistol rakitan tanpa kunci pengaman dalam jarak 1.5 meter, sontak membuat mereka berteriak kaget dan berhamburan ketakutan. Ada yang sampai pingsan dan menangis histeris.

Mendengar keributan tersebut, guru-gurupun datang berlarian mendatangi lorong dan tidak kurang tercengangnya mendapati kejadian itu. Dengan sigap, Junada salah seorang guru lompat memeluk Ari dan Suherman, seorang guru lainnya merebut paksa pistol rakitan dari tangan Ari.

Kejadian yang menggemparkan itupun akhirnya dilaporkan ke Polsek Woha yang kebetulan berkantor di depan sekolah kejadian. Tak lama kemudian petugas dari polsek datang mengamankan Ari beserta barang bukti yang didapat di tempat kejadian, berupa sepucuk senjata api rakitan dan tas. Dikabarkan juga masih terdapat sebilah pisau dalam tas tersebut. Menurut Najamuddin, Dari keterangan polisi kemudian didapati bahwa pistol rakitan bercat hijau yang diacungkan Ari berisi 3 butir peluru. Dan saat dirampas dari tangan Ari, ternyata pistol sudah dalam keadaan terkokang. Untung menurut keterangan polisi, meski meninggalkan trauma tapi tidak sampai menimbulkan korban luka. Pihak kepolisian sendiri akan terus melakukan investigasi terkait kepemilikan senjata api dan motif membawa senjata api tersebut.

Menurut Nazamuddin, ia tidak dapat lagi menahan sabarnya melihat penampilan Ari yang tidak layak sebagai seorang siswa. “Kita sudah seringkali menegur dia (Ari, Red) agar berpakaian dan berpenampilan yang layak. Tapi tidak pernah dia gubris. Saya merasa harga diri sekolah dan martabat guru seperti diinjak-injak oleh dia. Jadi terpaksa saya tempeleng” sesal Nazamuddin. Tentang berpenampilan ugal-ugalan, Nazamuddin menggambarkan bahwa Ari kerap hadir di sekolah dengan anting-anting sampai berderet empat di telinganya dan tiap kali ditegur selalu memberontak.

Pihak sekolah sangat menyayangkan ulah cowboy Ari tersebut, dan kelanjutan kasus akan ditangani sepenuhnya oleh pihak berwajib sebagai kriminal murni. Hanya saja pihak sekolah menurut Nazamuddin akan tetap berusaha membebaskan Ari dari tuntutan-tuntutan yang berat. “Betapapun juga, Ari masih menjadi murid kami. Mau dikemanakan kasih sayang dan kecintaan serta bentuk tanggung jawab kami terhadap Ari. kami akan berjuang membebaskannya. Tapi sekali lagi kami hanya bisa berusaha, karena ini kriminal murni akan bergantung pada tuntutan Jaksa nantinya” Jelas Nazamuddin.

Akibat kejadian tersebut pihak sekolah berencana ke depannya akan lebih ketat mengadakan sweeping, khususnya terhadap murid-murid yang memiliki catatan buruk. [Mus/Zul]

No comments:

Post a Comment