text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Gunung Sangiang, Akankah Berstatus Siaga?
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Sunday 16 February 2014

Gunung Sangiang, Akankah Berstatus Siaga?



Sejauh ini, sejak dinyatakan berstatus waspada, aktivitas Gunung Sangiang belum menunjukan ada peningkatan. Kendati demikian, Petugas Pos Pemantau Gunung Sangiang Api (GS Api) tidak mau lalai dan masih terus memantau perkembangan gunung api yang masih aktif di Bima ini.

Dalam mengawasi perkembangan GS Api ini, Ketua  Pos Pemantau GS Api, H Junaiddin mengaku tetap siaga di depan Sismografi (pencatat kegempaan). Sehingga setiap geliat vulkanologi gunung yang membentuk pulau kecil ini akan tetap dapat dipantau. Meski demikian, hingga saat ini H. Junaiddin belum bisa memprediksi apakah akan terjadi peningkatan aktivitas atau tidak. Karena diakuinya, aktivitas GS Api ini kadang naik, kadang juga turun.


“Apakah ada peningkatan dari Waspada ke Siaga, bahkan kembali normal, kami belum bisa pastikan.  Karena aktivitas gunung ini tidak menentu,” akunya, saat ditemui di Pos Pengamatan, Desa Sangiang Sabtu (15/2) kemarin.

Seperti yang terjadi pada akhir 2012 silam, status SG Api ini pernah dinaikkan ke level siaga. Namun, selang beberapa bulan kemudian, statusnya kembali normal. “Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2013 lalu. Status SG Api naik ke siaga, namun kembali normal lagi,” paparnya.

GS Api dinyatakan berstatus waspada beberapa hari lalu itu, menurut H. Junaiddin, karena waktu itu GS Api ditutupi kabut yang tebal. Sehingga, jika dilihat dari pemukiman penduduk, gunung tersebut tidak nampak. “Kondisi itu terjadi hingga 10 hari. Karena alasan itu, kami naikan status menjadi Waspada, agar masyarakat tetap hati-hati,” imbuhnya.

Apalagi gunung yang memiliki ketinggian 1,909 kilometer dari permukaan laut ini masih tetap menghasilkan gempa. Dalam hitungan menit, terjadi gesekan di gunung tersebut. “Gempa tetap ada, namun besarnya bervariasi,” tuturnya.

H Juaniddin mengaku, sesuai yang tergambar oleh Sismografi, gempa terbesar mencampai 42 milimeter. Namun dia tidak bisa beberkan berapa Hz besaran gempa tersebut. Karena pihaknya hanya mengirim data mentah saja ke Bandung. “Kalau mau menentukan berapa Hz, harus digabung antara kecepatan, waktu dan aplitut atau getaran,” jelasnya.

Gempa dengan angka sekian itu dinilainya cukup besar. Meski getarannya tidak bisa dirasakan orang yang di luar pulau, namun bisa dirasakan dalam satu pulau tersebut. “Kalau kita berada di pulau, kita pasti akan merasakan,” lanjutnya.

Meski berstatus waspada, warga yang bercocok tanam di GS Api ini masih tetap saja tenang. Saat ini, pertanian warga di gunung api ini sedang panen. “Mereka memilih tetap bertahan, karena saat ini mereka sedang panen,” terang H. Junaiddin.

Jika terjadi peningkatan aktivitas yang berarti, H Junaiddin sudah menghimbau warga untuk mengungsi ke kawasan Donggo, yang berjarak 5 kilometer dari puncak GS Api. “Demi menjaga keselamatan mereka sendiri. Kami melarang warga mendekati radius 3 kilometer,” imbuhnya.

Sementara itu, Fan, salah satu warga mengaku tidak terlalu khawatir dengan naiknya status GS Api ini. Menurutnya, perubahan status gunung api ini sudah terbiasa. “Warga sudah biasa dengan perubahan status ini, jadi belum terlalu khawatir, Kita lihat saja nanti. Mudah-mudahan aktivitas  gunung Sangeang tidak meningkat,” ujarnya. [Alv]

No comments:

Post a Comment