Dugaan menyimpang dari kualifikasi umur maupun ukuran sapi bibit bantuan P4DT tahun 2009 untuk kelompok tani Labu Labili Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora, menguat. Seharusnya berumur 16 bulan dengan ukuran minimal 102 Cm, namun yang diterima warga jauh beda dari kualifikasi dimaksud.
Terkuaknya indikasi dugaan penyimpangan tersebut berawal setelah Hadriman dan Sukrin Warga RT 07 Desa Kawinda To’i mendatangi kantor DPRD Kabupaten Bima yang mengadukan sapi bantuan yang diterima. Melalui kedua warga tersebut, anggota kelompok tani di Desa setempat hanya menerima masing-masing 1 ekor sapi bantuan dari seharusnya 3 ekor sepengetahuan mereka pada saat dilakukan sosialisasi. Dari 9 ekor yang didrop, 1 ekor diantaranya telah mati itu pun diperkirakan berumur antara 40 sampai 50 Cm dengan masih disusui induk.
Di Kecamatan Tambora ada 6 kelompok tani penerima sapi bantuan P4DT pada tahun 2009. Per kelompok tani masing-masing beranggotakan 10 orang dengan mendapatkan masing-masing 3 ekor per orang dengan total jumlah 180 ekor. Di Kecamatan Sanggar ada 6 kelompok tani juga penerima bantuan serupa, salah satu kelompok taninya beranggotakan 20 orang.
Ironisnya, pengadaan sapi bantuan melalui P4DT tersebut tidak ada koordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Bima sebagai leading sektor tehnis masalah peternakan. Hanya saja, Dinas Peternakan bentuk koordinasi saja adanya program dimaksud. “Kalau koordinasi masalah adanya program P4DT, kami diberitahu. Kalau koordinasi terkait soal tehnik pengadaan sapi, sepengetahuannya tidak ada,” ucap Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bima Ir.H.Abdurrahman.
Biasanya lanjut dia, sapi bantuan alias pengadaan sapi untuk bibit masuk greed 1 dengan kwalifikasi umur minimal 16 bulan dengan ukuran badan minimal 105 Cm. “Kalau soal berat badan dan yang lainnya, tidak ditentukan. Itu tergantung dari lokasi pemeliharaan awal,” jelasnya.
Menyinggung soal keberadaan CV Titian yang disebut-sebut sebagai pihak ketiga yang mengadakan sapi bantuan untuk kelompok tani di Desa Kawinda To’i tersebut, Ia tidak mengetahuinya persis. “Sepengetahuan saya, CV Titian tidak ada yang terdaftar sebagai pengada sapi antar provinsi,” akunya.
Hanya saja diakui olehnya, ada kemungkinan CV Titian tersebut terdaftar di tempat lain sebagai pengada sapi bibit maupun untuk pengadaan sapi lokal. “Bisa saja ada perusahan yang tidak terdaftar ke kita mengadakan sapi bibit tersebut, itu mungkin saja terjadi,” sambungnya.
Dugaan menyimpang dari great sapi bantuan khusus untuk kelompok tani Labula Labili Desa Kawinda To’i tersebut kian menguat setelah diakui langsung oleh Kasubid Kerjasama Pembagunan Bapeda Kabupaten Bima Ir. M uhamad Natsir saat dimkonfirmasi di ruang kerjanya.
“Memang kalau yang sapi yang dibawa warga di kantor dewan itu, kecil. Dan kita sudah perintahkan pada perusahan pengada untuk menarik kembali dan menyerahkan sapi sesuai dengan ukurannya,” akunya, Rabu kemarin. Dia mengaku. “Kalau sapi di Desa lain di Tambora, tidak seperti itu ukurannya, cukup besar,” bandingnya.
Menjawab hanya 9 ekor yang diterima warga dari 30 ekor yang seharusnya, Natsir tidak memberikan jawaban yang pasti. “Informasi yang kita dengar, 21 ekor sisa 9 ekor yang diterima warga tersebut, dirampas oleh warga di Dusun lain Desa setempat pada saat perusahan menyalurkan,” ungkapnya.
Menyinggung tidak ada kordinasi dengan Dinas Peternakan secara tehnik terkait pengadaan sapi, Natsir keheranan. “Kalau disebut kami tidak ada koordinasi, tapi di lapangan kami ada melibatkan staf di Peternakan pada saat pengadaan. Pada saat pembagian di lapangann pun kita libatkan KCD peternakan. Honor untuk mereka kita kasi,” tampiknya. (Joe)
Terkuaknya indikasi dugaan penyimpangan tersebut berawal setelah Hadriman dan Sukrin Warga RT 07 Desa Kawinda To’i mendatangi kantor DPRD Kabupaten Bima yang mengadukan sapi bantuan yang diterima. Melalui kedua warga tersebut, anggota kelompok tani di Desa setempat hanya menerima masing-masing 1 ekor sapi bantuan dari seharusnya 3 ekor sepengetahuan mereka pada saat dilakukan sosialisasi. Dari 9 ekor yang didrop, 1 ekor diantaranya telah mati itu pun diperkirakan berumur antara 40 sampai 50 Cm dengan masih disusui induk.
Di Kecamatan Tambora ada 6 kelompok tani penerima sapi bantuan P4DT pada tahun 2009. Per kelompok tani masing-masing beranggotakan 10 orang dengan mendapatkan masing-masing 3 ekor per orang dengan total jumlah 180 ekor. Di Kecamatan Sanggar ada 6 kelompok tani juga penerima bantuan serupa, salah satu kelompok taninya beranggotakan 20 orang.
Ironisnya, pengadaan sapi bantuan melalui P4DT tersebut tidak ada koordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Bima sebagai leading sektor tehnis masalah peternakan. Hanya saja, Dinas Peternakan bentuk koordinasi saja adanya program dimaksud. “Kalau koordinasi masalah adanya program P4DT, kami diberitahu. Kalau koordinasi terkait soal tehnik pengadaan sapi, sepengetahuannya tidak ada,” ucap Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bima Ir.H.Abdurrahman.
Biasanya lanjut dia, sapi bantuan alias pengadaan sapi untuk bibit masuk greed 1 dengan kwalifikasi umur minimal 16 bulan dengan ukuran badan minimal 105 Cm. “Kalau soal berat badan dan yang lainnya, tidak ditentukan. Itu tergantung dari lokasi pemeliharaan awal,” jelasnya.
Menyinggung soal keberadaan CV Titian yang disebut-sebut sebagai pihak ketiga yang mengadakan sapi bantuan untuk kelompok tani di Desa Kawinda To’i tersebut, Ia tidak mengetahuinya persis. “Sepengetahuan saya, CV Titian tidak ada yang terdaftar sebagai pengada sapi antar provinsi,” akunya.
Hanya saja diakui olehnya, ada kemungkinan CV Titian tersebut terdaftar di tempat lain sebagai pengada sapi bibit maupun untuk pengadaan sapi lokal. “Bisa saja ada perusahan yang tidak terdaftar ke kita mengadakan sapi bibit tersebut, itu mungkin saja terjadi,” sambungnya.
Dugaan menyimpang dari great sapi bantuan khusus untuk kelompok tani Labula Labili Desa Kawinda To’i tersebut kian menguat setelah diakui langsung oleh Kasubid Kerjasama Pembagunan Bapeda Kabupaten Bima Ir. M uhamad Natsir saat dimkonfirmasi di ruang kerjanya.
“Memang kalau yang sapi yang dibawa warga di kantor dewan itu, kecil. Dan kita sudah perintahkan pada perusahan pengada untuk menarik kembali dan menyerahkan sapi sesuai dengan ukurannya,” akunya, Rabu kemarin. Dia mengaku. “Kalau sapi di Desa lain di Tambora, tidak seperti itu ukurannya, cukup besar,” bandingnya.
Menjawab hanya 9 ekor yang diterima warga dari 30 ekor yang seharusnya, Natsir tidak memberikan jawaban yang pasti. “Informasi yang kita dengar, 21 ekor sisa 9 ekor yang diterima warga tersebut, dirampas oleh warga di Dusun lain Desa setempat pada saat perusahan menyalurkan,” ungkapnya.
Menyinggung tidak ada kordinasi dengan Dinas Peternakan secara tehnik terkait pengadaan sapi, Natsir keheranan. “Kalau disebut kami tidak ada koordinasi, tapi di lapangan kami ada melibatkan staf di Peternakan pada saat pengadaan. Pada saat pembagian di lapangann pun kita libatkan KCD peternakan. Honor untuk mereka kita kasi,” tampiknya. (Joe)
No comments:
Post a Comment