Kelangkaan pupuk mulai dirasakan petani di Kecamatan Woha dan Monta. Seperti yang menimpa petani di Desa Sie Kecamatan Monta. Guna mendapatkan penyubur tanaman itu, petani setempat harus ke pasar Bima. Sebagian besar masyarakat Sie-Monta menanam padi, karena proses pengairannya bagus. Dan setiap tahunnya, mereka menanam sebanyak tiga kali. Disamping itu, ada juga yang bertani kedelai, bawang, dan cabe meskipun jumlahnya tidak banyak.
A. Malik, SE, mengaku heran dengan kondisi seperti itu, karena pada momen Pilkada lalu, pupuk masih tersedia dan harganya terjangkau. Namun beberapa hari terakhir, keberadaannya mulai langka padahal petani sangat membutuhkan. “Entah hal ini terjadi karena ada spekulasi pedagang atau manajemen pemerintah, sampai sekarang kami belum mendapatkan jawabannya,” keluh Malik. Kondisi tersebut, diperparah oleh kurang aktifnya pihak dinas terkait di tingkat kabupaten maupun kecamatan yang turun memantau kondisi tanaman para petani.
Hal sama juga dialami beberapa petani di Kecamatan Woha. Sebut saja H. Maman, petani bawang di Desa Risa. Dia mengaku, beberapa hari terakhir pupuk mulai langka, dan harganya cukup variatif dan relatif naik. Dia berharap, kedepannya pemerintah harus membuat pos ekonomi rakyat setiap desa di Kabupaten Bima agar ada yang memantau masalah petani, baik bibit, kelangkaan pupuk, penanggulangan hama dan penyakit, pengairan, maupun yang lainnya. “Petani jangan diabaikan, tapi hargailah petani dengan cara menurunkan harga pupuk,” harapnya. (BIM)
No comments:
Post a Comment