Kelangkaan minyak tanah (Mitan) beberapa bulan terakhir, membuat warga Kecamatan Woha Kabupaten Bima mencari alternatif lain untuk bahan bakar dapur mereka. Seperti yang dilakukan wrga Desa Risa yang memilih menggunakan kayu bakar.
Seperti yang dituturkan Marni yang mengaku memilih memasak dengan menggunakan kayu bakar. Katanya, kelangkaan Mitan itu sudah berlangsung lama dan membuat ibu rumah tangga itu anggurin kompornya. “Sejak dua bulan lalu kami kesulitan minyak tanah,“ akunya.
Untuk mendapatkan kayu bakar, ibu dua anak ini harus naik gunung. Setiap pekan dia mencari kayu bakar bersama warga lainnya. “Kami harus mencari kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan dapur selama sepekan. Kadang anak-anak kami juga harus naik gunung untuk mencari kayu bakar,“ katanya. Selain Marni, kelangkaan Mitan juga dikeluhkan Sahlani. Ibu berusia 40 tersebut mengaku, fenomena kelangkaan Mitan sudah pernah disampaikan pada pemerintah desa. Sayangnya, keluhan tersebut tak ada hasilnya. “Meski kami mencari ke desa lain, Mitan ini terasa sulit didapatkan. Kami sendiri tidak tahu mengapa terjadi kelangkaan seperti ini,“ herannya.
Sahlani berharap, pemerintah dapat mencari solusi mengatasi kelangkaan Mitan, sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhan dapurnya serta tidak lagi naik gunung untuk mencari kayu bakar. “Harus ada formulasi yang tepat untuk mengatasi kelangkaan minyak tanah ini,“ pintanya.
Pengecer Mitan di Kecamatan Woha, H.A.Rajak M.Ali yang dihubungi Jompa Mbojo, mengakui terjadinya kekosongan Mitan. Kata dia, dalam sepekan mereka hanya dijatahi dua drum oleh Tanone Jaya sebagai Distributor Minyak Tanah.“Setiap Hari Selasa, kami dijatahi oleh pihak Distributor,“ akunya.
Penjatahan dua drum mitan dari distributor, katanya, hanya terjual beberapa jam saja. Pasalnya, para pelanggan sudah menitipkan terlebih dahulu jirigen mereka sebelum Mitan diisi oleh distributor. “Hanya dalam waktu dua jam, Mitan dua drum yang dijatahkan habis terjual. Perlu kami sampaikan, meski Mitan langka, kami tidak menaikan harga. Mitan tetap kami jual sesuai HET Rp.3000/liter,” tandasnya. (BIM)
Seperti yang dituturkan Marni yang mengaku memilih memasak dengan menggunakan kayu bakar. Katanya, kelangkaan Mitan itu sudah berlangsung lama dan membuat ibu rumah tangga itu anggurin kompornya. “Sejak dua bulan lalu kami kesulitan minyak tanah,“ akunya.
Untuk mendapatkan kayu bakar, ibu dua anak ini harus naik gunung. Setiap pekan dia mencari kayu bakar bersama warga lainnya. “Kami harus mencari kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan dapur selama sepekan. Kadang anak-anak kami juga harus naik gunung untuk mencari kayu bakar,“ katanya. Selain Marni, kelangkaan Mitan juga dikeluhkan Sahlani. Ibu berusia 40 tersebut mengaku, fenomena kelangkaan Mitan sudah pernah disampaikan pada pemerintah desa. Sayangnya, keluhan tersebut tak ada hasilnya. “Meski kami mencari ke desa lain, Mitan ini terasa sulit didapatkan. Kami sendiri tidak tahu mengapa terjadi kelangkaan seperti ini,“ herannya.
Sahlani berharap, pemerintah dapat mencari solusi mengatasi kelangkaan Mitan, sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhan dapurnya serta tidak lagi naik gunung untuk mencari kayu bakar. “Harus ada formulasi yang tepat untuk mengatasi kelangkaan minyak tanah ini,“ pintanya.
Pengecer Mitan di Kecamatan Woha, H.A.Rajak M.Ali yang dihubungi Jompa Mbojo, mengakui terjadinya kekosongan Mitan. Kata dia, dalam sepekan mereka hanya dijatahi dua drum oleh Tanone Jaya sebagai Distributor Minyak Tanah.“Setiap Hari Selasa, kami dijatahi oleh pihak Distributor,“ akunya.
Penjatahan dua drum mitan dari distributor, katanya, hanya terjual beberapa jam saja. Pasalnya, para pelanggan sudah menitipkan terlebih dahulu jirigen mereka sebelum Mitan diisi oleh distributor. “Hanya dalam waktu dua jam, Mitan dua drum yang dijatahkan habis terjual. Perlu kami sampaikan, meski Mitan langka, kami tidak menaikan harga. Mitan tetap kami jual sesuai HET Rp.3000/liter,” tandasnya. (BIM)
No comments:
Post a Comment