Banyaknya jalan berlubang di beberapa ruas jalan Kota maupun Kabupaten Bima, dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk mencari uang. Motifnya, menahan pengendara yang melintasi jalur setempat untuk memintai uang.
Seperti di jalur lintas Bima-Dompu, tepatnya di depan lokasi tambak Desa Pandai Kecamatan Woha, aktivitas seperti itu kerap terjadi. Setiap kendaraan yang melintasi jalur itu dimintai duit oleh beberapa warga yang menutup jalan berlubang. Tak pelak, kendaraan berplat ‘gincu’ yang ditumpangi orang-orang pentingpun di-stop dengan dalih minta sumbangan.
Ironisnya, warga yang menambal jalan berlubang tersebut, tak pernah berpindah tempat dan selama sepekan, hanya berada di titik lubang yang sama. Tak ayal jika ulah ini meresahkan pengendara. “Bukan masalah uang yang kita persoalkan. Namun cara warga yang kurang enak dipandang,” keluh Rosmida, salah seorang yang kerap melintasi jalur Bima-Sila.
Ulah tersebut kian berkembang. Di jalur lintas Tente-Parado, tepatnya di persawahan Desa Naru yang menuju Desa Tenga, aktifitas ‘pemalakan’ ini pun dilakukan oleh warga. Nominal uang yang diminta, bervariasi mulai dari angka Rp2 ribu hingga Rp10 ribu. “Pihak berwajib tak boleh biarkan cara ini berkembang terus,” sorot Suratman warga Desa Naru Kecamatan Woha.
Menurut Suratman, memperbaiki atau mengaspal jalan adalah tugas pemerintah untuk mengalokasikan anggarannya. Kata dia, jalur jalan di litas Tente-Tenga memang sudah sangat parah dan saatnya pemerintah melakukan pengaspalan. “Pemerintah jangan memandang sebelah mata dan bersenang hati melihat oknum warga yang melakukan penambalan jalan berlubang. Mestinya cara itu dijadikan tamparan,” kesal Suratman.
Dia berharap, dalam tahun ini jalur jalan yang terlihat parah dapat dilirik oleh pemerintah dan mengalokasikan anggaran pengaspalan. Jika tidak, sama halnya pemerintah membiarkan masyarakat untuk menadahkan tangan. “Perbaiki jalan adalah solusi. Jangan hanya terima pajak saja dari masyarakat,” sorotnya. (ZUL)
No comments:
Post a Comment