Yakub A Wahab |
Sedikitnya 7 orang warga Kecamatan Tambora mendatangi kantor DPRD kabupaten
Bima, Selasa (31/1). Kedatangan mereka hendak menemui anggota Komisi II guna
audiensi terkait keterlambatan dan tingginya harga Pupuk Urea di wilayah
Tambora.
Salah satunya, Yakub A Wahab mengatakan kedatangan mereka tidak lain untuk
beraudensi terkait ulah distributor pupuk. Untuk distributor pupuk di wilayah
Tambora dikuasai 2 orang, itupun keduanya merupakan warga Kota Bima dan warga
Desa Sondosia Kecamatan Bolo. Warga Tambora tidak ada yang jadi pengecer, namun
sekarang sudah ada 2 Usaha Dagang (UD). UD itu di dirikan pada awal Januari
2012, “Kedua pemilik UD itu sudah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pertanian,
namun oleh distributor tidak di berikan,” herannya Yakub selaku pimpinan UD Dua
Putra.
Menurutnya, yang mengherankan adalah didropnya pupuk tidak berdasarkan
RDKK. Bahkan ada RDKK-nya tapi tidak di ketahui maupun di tanda tangani oleh
Kepala Desa. Jadi kami datang, merupakan perwakilan desa yang ada di Kecamatan
Tambora.
Kata dia lagi, berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian kabupaten Bima
untuk kebutuhan pupuk di Tambora sudah cukup terpenuhi. Namun kenyataannya,
masih ada petani yang belum mendapatkan pupuk. Untuk itu, banyak para petani
yang datang ke Dompu untuk membeli pupuk. Petani membeli dengan harga tinggi di
Dompu, harganya ada yang mencapai Rp 150 ribu persak. Hal itu sudah di luar HET
dari pemerintah, untuk Kecamatan Tambora, paparnya, kebutuhan pupuk sebanyak
120 ton. Oleh distributor sudah dikirim pada tahap pertama sebanyak 6 ton,
namun yang sampai hanya 3 ton. Selanjutnya pada tahap ke II di kirim lagi pupuk
sebanyak 23 ton untuk 5 desa yang ada di Tambora dan terakhir sebanyak 25 ton.
“Pupuk masih kurang, padahal sudah tercukupi menurut informasi dari Dinas,”
ujar Yakub yang di amini Rudi Syamsu.
Lanjutnya, selain pupuk untuk kebutuhan tanaman padi juga untuk pemupukan
tanaman jagung. Lahan yang di kelola cukup luas, ada 260 hektar di tanam jagung
sedangkan sisanya di tanam padi. Lahan yang di kelola petani Tambora mencapai
1500 hektar, jadi tak heran kalaupun kekurangan pupuk maupun obat - obatan.
“kami berharap agar distributor di Tambora diberikan kewenangan untuk penjualan
pupuk kepada penduduk setempat, pasalnya akan mengurangi harga penjualan
pupuk.” Terang Yakub.
Katanya, saat sekarang distributor asal Kota Bima dan Sondosia dalam proses
penjualan pupuk yakni dengan menjual kepada salah satu warga Tambora yang
memiliki uang. Jadi wajar kalaupun harganya tinggi, pasalnya penjualan itu
dilakukan dari tangan ke tangan. Sehingga hadirnya UD kami maka akan mengurangi
harga jual tersebut. (Orys)
No comments:
Post a Comment