text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Dinilai Miliki Nilai Ekonomis Tinggi Petani Tambora Mulai Tanam Jagung
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Wednesday 1 February 2012

Dinilai Miliki Nilai Ekonomis Tinggi Petani Tambora Mulai Tanam Jagung


Rudi Samsyu

Masyarakat Kecamatan Tambora mulai manfaatkan lahan dengan tanaman jagung hibrida, pasalnya jagung hibrida menjanjikan nilai ekonomis cukup tinggi.

Rudi Samsyu salah seorang warga Tambora yang ditemui di Kantor DPRD Selasa (31/1) lalu mengatakan animo masyarakat tani di Kecamatan Tambora  untuk beralih pola pemanfaatan lahan dimulai sejak tahun 2009, namun belum menyeluruh. Hal itu dilakukan mengingat pada tahun 2010, tanaman padi para petani mengalami gagal panen. Kegagalan panen, disebabkan curah hujan sedikit dan pemupukan tanaman padi terlambat. “Pengalaman dan kegagalan panen tersebut penyebab petani Tambora alih pemanfaatan lahannya,” ungkap Rudi.

Lanjutnya, lahan pertanian yang ada sekarang merupakan lahan tadah hujan. Sehingga, untuk hindari gagal panen terpaksa harus berubah komoditi tanaman. Seorang kepala keluarga memiliki lahan minimal 3 hektar, pasalnya lahan cukup luas penduduk sedikit. Para petani bisa membandingkan nilai ekomonisnya, satu hektar di tanamin padi dengan tanaman jagung. Dari hasilnya, papar Rudi, hasil panen jagung hibrida jauh lebih tinggi keuntungan dari pada panen padi. Padahal, sama – sama satu kali panen. “Hal inilah yang menyebabkan petani mulai ganti pola tanamnya,” ujar Rudi.


Lahan baku seluas 1500 hektar, yang sudah ditanamin jagung Hibrida mencapai 260 hektar. Lahan cukup luas, masyarakat Tambora di musim hujan bertani. Namun di musim kemarau, naik gunung untuk mencari madu. Itulah, aktifitas masyarakat Tambora di tengah kehidupan yang mengandalkan hasil pertanian hanya satu kali tanam. Saat sekarang, paparnya, harga beras mencapai Rp 10 Ribu perkilo.  Sehingga untuk kelangsungan hidup, terpaksa naik gunung mencari madu. Masyarakat Tambora selaku pencari madu mencapai 75 persen, selain itu masyarakat Tambora juga berusaha mengisi lahan kosong dengan budi daya pohon seperti pohon kayu sengon dan lainnya. Pada tahun 2011 lalu, ada sekitar 800 pohon bibit yang di semaikan. “Pohon – pohon itu sudah ditanam di setiap lahan tegalan. Jadi masyarakat Tambora benar-benar memanfaatkan setiap lahan yang kosong itu,” tandas Rudi. (Orys)

No comments:

Post a Comment