Dipicu kelangkaan pupuk, kantor Unit Pelayanan Tekhnis Dinas (UPTD)
Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kecamatan Woha di segel mahasiswa
Kalampa Kecamatan Woha. Penyegelan itu sudah berlangsung 3 hari, sejak Rabu
(8/2) hingga Jum’at (10/2).
Kepala UPTD Pertanian Woha, Ahmad Hakim, A.Md. mengatakan penyegelan
kantornya sudah berlangsung 3 hari. Pelakunya para Mahasiswa Kalampa, di picu
kelangkaan pupuk dan tingginya harga jual di tingkat pengecer. “Kantor saya
sudah Tiga hari di segel, pelakunya mahasiswa yang berasal dari desa Kalampa,”
ungkap Ahmad.
Lanjutnya, dirinya merasa heran dan bertanya. Darimana para mahasiswa
mengklaim bahwa di wilayah Woha masih kekurangan Pupuk, sedangkan pupuk yang
sudah di drop di seluruh desa yang ada di Kecamatan Woha mencapai 255 ton.
Berdasarkan RDKK. Kebutuhan akan pupuk urea untuk musim tanam 2012, secara
keseluruhan mencapai 255 ton. Padahal, katanya, pihaknya bersama camat sudah
sering kali turun melakukan monitoring akan kebutuhan terhadap pupuk urea bagi
petani.. di samping monitoring, juga melakukan razia terhadap pengecer ataupun
pedagang pupuk yang tak memiliki ijin di sekitar pasar Tente. “hari Kamis (9/2)
kemarin, kami bersama muspika Woha melakukan razia di sekitar pasar tente
terhadap pengecer ataupun pedagang liar,” papar Ahmad.
Katanya, dari hasil razia itu di temukan 3 orang pegadang atau pengecer
liar. Sehingga diamankan di polsek Woha dan Bagian Trantib Kecamatan Woha.
jadi, tidak ada alasan untuk dikatakan masih ada kelangkaan pupuk saat
sekarang. Pengecer, pada dua hari yang lalu mendrop pupuk untuk desa Pandai
sebanyak 6 ton. Demikian juga untuk desa Keli, 3 ton. Desa Risa juga 3 ton
bahkan jum’at pagi sudah di bongkar pupuk untuk desa Donggobolo sebanyak 3 ton.
“dari hasil monitoring kami, tidak ada petani yang keluhkan kekurangan pupuk
urea,” ujarnya.
Dengan demikian, di harapkan agar para Mahasiswa Kalampa, segera membuka
kembali kantor UPT Dinas Pertanian Woha agar bisa dilakukan pelayanan terhadap
masyarakat Woha. “selama kantor di segel, saya tetap melaksanakan tugas
dan pelayaanan dilangsungkan di rumah saya. Sedangkan staf, intensif melakukan
monitoring,”tandas Ahmad.
Sedangkan Irwan, warga Kalampa berharap agar pemerintah harus tanggap
terhadap tuntutan masyarakat. disamping itu juga, mahasiswa juga hendaknya
jangan memaksakan kehendak, tuntutan sudah dipenuhi pemerintah makanya segera
segel kantor di buka kembali. “Saya berharap agar adik adik mahasiswa,
dating untuk membuka segel, karena tuntutan sudah di penuhi,” harap Irwan.
.
Lanjutnya, persoalan tindakan mahasiswa menyegel kantor harus dikomunikasikan
sebagai alat penekan, bukan sebagai wujud anarkis. Namun yang harus diperbaiki
ke depan adalah pengawasan. Pasalnya, di situasi kelangkaan pupuk ada saja yang
memanfaatkan untuk memperoleh keuntungan secara pribadi. Mahasiswa demo, wajar
mengingat harga pupuk bisa mencapai Rp 200 Ribu persak. Jadi harga itu sudah
jauh dari harga Eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Disaat petani kelangkaaan pupuk. Muncul pegadang dadakan seperti tukang ojek,
bahkan dengan sengaja pengecer membuat pedagang siluman. “Hal inilah yang harus
di awasi dengan ketat,” tandas Irwan. (orys)
No comments:
Post a Comment