Terhitung lebih kurang satahun lamanya, warga Desa Naru Kecamatan Woha,
kesulitan mendapatkan minyak tanah (Mitan). Padahal, di desa setempat terdapat
enam pengecer Mitan yang mendapat ijin resmi dari PT.Tanone Jaya sebagai agen
resmi Pertamina.
Informasi yang diperoleh dari warga Desa Naru, kesulitan mendapatkan
Mitan bukan karena langka atau adanya penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis
Mitan oleh pengecer. Namun, sebagian pengecer ‘berulah’ dengan menjual Mitan
kepada warga lain yang berada di luar desa. Bahkan, diperoleh informasi bahwa
sebagian Mitan dibawa ke luar kota.
Pada saat aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) oleh massa di Bandar Udara Palibelo dan Perempatan Desa Talabiu, Selasa (27/3)
kesulitan warga mendapatkan Mitan semakin menjadi. Pasalnya, Mobil tangki
pengangkut BBM Minyak Tanah yang menuju Desa Naru dan sekitarnya, tak bisa
melintas jalur Bima-Tente karena dihadang pendemo.
Pantauan Jompa Mbojo, jirigen dan botol Mitan di salah satu pengecer
menumpuk. Antrian tempat Mitan tersebut ternyata, tidak saja disimpan pada hari
itu (Selasa,red). Namun tiga hari sebelumnya, para pelnggan Mitan di
masing-masing pengecer sudah lebih awal menyimpan jirigen dn botolnya.
Menurut H. Arajak M.Ali, salah satu pengecer resmi Mitan di Desa Naru
Kecamatan Woha, agen resmi Tanone Jaya yang biasanya mengantarkan jatah
untuknya setiap pecan, ternyata Selasa kemarin agak telat masuk. “Setiap Selasa
pagi kami diantarin Mitan oleh PT.Tanone Jaya. Tapi Selasa hari ini kami belum
didatangi agen resmi Mitan. Mungkin mobil pengangkut Mitan terhalang aksi
demo,” katanya.
Soal kelangkaan Mitan, H. Arajak mengakuinya dan hal tersebut sudah
berlangsung lama. Dikatakannya, pada setiap pekan, pihaknya hanya dijatahi dua
drum dari agen resmi. “Jatah dua drum dari Tanone Jaya tidak mencukupi jumlah
pelanggan kami. Untungnya, untu menjual Mitan ini kami bisa menyaisatinya,
dengan membatasi jumlah liter kepada para pelanggan,” tandasnya. (BIM)
No comments:
Post a Comment