Sepekan
sebelum bulan suci ramadhan, suara letusan petasan di beberapa kampung di
Kecamatan Woha kian meresahkan. Kondisi seperti ini, kerap terjadi hamper setiap
tahun memasuki bulan suci.
Tak
sedikit orang tua pun pengguna jalan merasa risih dengan suara letusan yang
kerap menjadi mainan anak-anak tersebut. Bahkan, tak jarang ada diantara anak
yang luka bakar akibat terkena petasan. “Kami senang saja dengan mainan berupa
mercon ini walaupun kami harus keluarkan uang untuk membelinya,” ungkap Noval,
salah seorang anak asal Desa Tente Kecamatan Woha.
Kata
Noval, petasan yang dipasarkan oleh orang-orang tertentu, ada berbagai ukuran
mulai dari petasan berukuran jumbo yang harganya sekitar Rp15-20 ribu perbiji
hingga petasan kecil seharga seribu perak. ”Tak sedikit juga orang dewasa yang
membeli mercon. Seperti mercon jenis kembang api yang harganya sekitar Rp50an
ribu,” katanya.
Apakah
ada penjual khusus? Noval justru mengaku
tak pernah membeli langsung kepada pedagang. Dia mendapatkan barang tersebut
dari tangan ke tangan. Bahkan terkadang dia menyuruh temannya untuk membelinya.
“Mungkin penjualannya dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Karena di pasar
sepertinya tidak dijual bebas,” kata Noval yang telah memasukji usia SMP
tersebut.
Sementara
H.Arajak M.Ali, warga Desa Naru Kecamatan Wohja, mengaku risih dengan letusan
mercon dimana-mana. Ironisnya, suara letusan itu kerap terdengar disaat mereka
tengah menjalankan ibadah sholat. “Nggak shoal dhuhur atau Magrib, letusan mercon
sering kami dengar,” akunya.
Rajak
meminta pihak keamanan pro aktif memantau dan mengontrol aktivitas anak-anak
dan oknum-oknum tertentu yang bermain petasan. Dia juga meningatkan aparat kepolisian
untuk mengincar pedagang petasan atau mercon. Karena selain mengganggu kekhusuan
ibadah, keberadaan petasan atau mercon bisa mengancam jiwa anak-anak. “Kondisi
seperti ini harus segera diantisipasi,” tandasnya. Bim
No comments:
Post a Comment