text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Gubernur Diharap Lirik Pedagang Bakulan
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Saturday 1 June 2013

Gubernur Diharap Lirik Pedagang Bakulan



Ilustrasi
Pesta demokrasi Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur NTB telah usai dan berakhir dengan terpilih kembalinya TGB. Zainul Mazdi (calon incumbent) sebagai orang nomor satu di Provinsi Bumi Gora. Seabrek harapan masyarakat, disuarakan pasca Komisi Pemilihan Umum Provinsi NTB menetapkan TGB-Amin sebagai pemenang Pemilu.

Sebut saja Nurmi, warga Desa Naru Kecamatan Woha. Ibu tiga anak yang sehari-sehari berdagang aneka kuliner khas Bima ini menaruh sejuta asa kepada TGB yang kini kembali duduk sebagai orang nomor satu di NTB. “Kami sebagai orang kecil yang bermodal pas-pasan hanya mengharapkan lirikan dan bantuan dari Pemerintah Provinsi untuk mengembangkan usaha kecil membuat penganan khas Bima,” pinta Nurmi.
Istri dari Ismail yang juga sebagai Kepala Dusun Sinar Desa Naru itu mengaku belum pernah disentuh bantuan dari pemerintah selama melakoni usaha sejak lima tahun silam. Modal untuk usaha, didapat dari rentenir yang mempercainya dengan nominal bunga yang lumayan tinggi. “Hasil jualan ini hanya cukup untuk bayar bunga atas pinjaman pada rentenir,” akunya.

Senada juga disampaikan Minu, warga Desa Naru Kecamatan Woha, pedagang bakulan keliling. Dia mengaku belum pernah mendapat dana bergulir yang sering digaungkan pemerintah itu. Meski tidak mengutang di rentenir, Minu mengaku hanya mengandalkan modal dari penghasilan suaminya yang berprofesi sebagai kusir (sais) benhur. “Modal untuk dagang bakulan keliling ini tidak banyak ko’. Rp250 ribu juga cukup mengisi dagangan,” kata Minu kepada Jompa Mbojo.

Merespon kondisi pedagangan bakulan, motivator Jompa Mbojo Kecamatan Woha, Junaidin, menyampaikan kepada para pedagang bakulan untuk membentuk kelompok, agar nantinya dibuatkan proposal yang ditujukan kepada Gubernur NTB, untuk meminta modal usaha. “Kami menyarankan kepada para pedagang kecil ini untuk membuat kelompok. Dan kami akan membantu membuat proposalnya untuk disampaikan ke Gubernur NTB. Mudah-mudahan proposal kami ini akan diperhatikan oleh Gubernur NTB,” tandas Junaidin. [B1M]

No comments:

Post a Comment