Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, mengingatkan potensi angin kencang
(gasty) yang terjadi belakangan ini, hal tersebut dipicu peralihan musim.
Forcaster BMKG Stasiun Bandara Sultan Muhammad
Salahuddin Bima, Surya Dharma, menyebutkan, sesuai kecepatan rata-rata angin
yang tercatat oleh stasiun setempat saat ini antara 15-20 knot atau bila
dikonversi dalam satuan kilometer mencapai 30-40 km/jam. “Untuk pemukiman
terutama yang berbatasan dengan pantai agar mewaspadai angin pantai dan angin
darat, kalau angin gunung tidak terlalu berbahaya,” katanya di BMKG Bima.
Diakuinya secara umum meski cukup kencang
kecepatan angin bulan Agustus yang 20 knot masih taraf normal. Namun berbeda
jika terjadi pada bulan Januari. Kendati demikian untuk putting beliung tidak
berpotensi terjadi bulan ini karena umumnya diawali pembentukan awan Columbus
Nimbus saat musim hujan. “Untuk dataran tinggi terutama daerah perbukitan
seperti jalur jalan Negara di jalur Niu hingga Panda harus mewaspadai runtuhan
material, karena bisa lepas oleh angin kencang, terutama untuk pengendara,”
ingatnya.
Menurutnya, selama ini ada paradigma keliru pada
sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) seperti Dinas Tata Kota dan
Pertamanan (DTKP), maupun Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) yang
menganggap pohon di sepanjang jalan membahayakan keselamatan warga. Padahal
keberada pohon malah melindungi manusia dari terjangan angin kencang. “Sekarang
yang perlu diwaspadai kondisi gundul, dengan tidak adanya pohon yang menahan
angin maka material batu yang mengalami pengikisan di pinggir jalan bisa runtuh
membahayakan pengendara,” katanya.
Surya memprediksi, peralihan musim kemarau baru
terjadi Oktober mendatang. Hal itu dilihat dari kondisi El Nino dan La Nina
saat ini yang masih normal. Namun masyarakat yang bermukim di wilayah utara
tetap harus mewaspadai terjangan angin kencang dan gangguan gelombang laut.
“Mungkin yang perlu diwaspadai di selat Alas,
karena kalau di bagian selat Sape itu sudah biasa kondisi gelombang tinggi. Kalau
hingga saat ini masih 2 meter, masih kategori normal. Kalau di bagian utara
juga nggak bisa dibilang aman karena berbatasan samudera Hindia laut Makasar,
apalagi jika terjadi tropical siklon,” jelasnya.
Mengenai kondisi sejumlah wilayah yang tampak
sangat kering, dijelaskan hal tersebut disebabkan perubahan musim. Bahkan hasil
pemantauan BMKG tingkat kelembaban hanya 20-30 persen. “Kalau musim kemarau
lebih kering karena RH, kelembaban relative dirasakan lebih 20-30 persen itu
kering sekali. Tetapi alhamdulilah di Bima sudah banyak yang pakai sumur,”
tandasnya. [Bim]
No comments:
Post a Comment