Ilustrasi |
Rehabilitasi
los pasar Tente Kecamatan Woha yang pekerjaannya dimulai sekitar pekan lalu,
sejumlah pedagang memilih areal Terminal Tente sebagai tempat penjualan
sementara. Puluhan penjual ikan, sembako, dan pakaian, tampak memenuhi areal
belakang terminal setempat. Akibatnya, aktifitas kendaraan yang keluar masuk
terminal terhambat.
Rosnah,
salah seorang penjual pakaian di pasar tersebut mengaku, ia memilih menjual di
areal terminal karena tempat relokasi yang disediakan oleh pihak pasar tidak
memadai. Selain itu, kata dia, tempat yang disediakan terbilang kumuh dan jauh
dari lokasi terminal. Sehingga mereka tidak punya cara lain, selain berjualan
di dalam terminal. “Tidak ada pilihan lain, kecuali perjualan di sini (Terminal,
red). Karena tempat yang disediakan pihak pasar sangat jauh dari posisi
terminal,” ujarnya. Ia menambahkan, lokasi terminal merupakan tempat strategis
untuk berjualan. Untuk itu, dia dan rekan-rekan lainnya memilih berjualan dan
membangun tenda di dalam areal terminal. “Kami khawatir jualan kami tidak laku,
karena tempat relokasi sangat kumuh, sehingga pembeli tidak betah
berlama-lama,” jelasnya.
Diakuinya,
cara yang dilakukannya tentu dapat merugikan pihak lain. Tetapi, katanya, ia
tetap membayar retribusi kepada pihak pasar dan staf terminal. “Kalau iuran
perharinya tetap kita setor ke pihak pasar dan terminal saat mereka
menagihnya,” aku warga Tente itu, Selasa (3/9).
Kepala
pasar Tente, Agus Supardi, S Sos mengaku, pihaknya telah berupaya untuk mengarahkan
sejumlah pedagang agar tidak berjualan di areal terminal dan menempati tempat
relokasi yang sudah disediakan. “Kami tidak bisa memaksa mereka untuk menempati
tempat yang kami sediakan, karena dianggap tidak strategis,” ujarnya dengan
singkat. [Mus]
No comments:
Post a Comment