text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Hujan Deras disertai Angin Kencang Landa Desa Naru
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Monday 11 November 2013

Hujan Deras disertai Angin Kencang Landa Desa Naru



Ilustrasi
Hujan awal musim biasanya selalu membawa cerita dan kesan berbeda bagi setiap kelompok orang. Tergantung sungguh pada kepentingan masing-masing. Baharuddin, warga dusun tani mulya tidak bisa menyembunyikan raut kekhawatiran dari wajahnya dan mengeluhkan hujan yang mengguyur Desa Naru Kecamatan Woha kali ini (11/11/2013) sebagai berkah yang turun terlalu awal.

Pasalnya menurut dia hujan deras jika berlangsung lama maka akan membuat 2 petak bawang yang telah 20 hari ditanamnya itu tidak akan dapat tumbuh dengan baik. Baharuddin hanya bisa duduk tegang dalam mesjid, dan ia mungkin sekali mewakili kekhawatiran rekan-rekan lainnya sesama petani bawang yang ada di ‘Mangge Paninta’ (nama area persawahan, Red). Tetapi untung bagi dia dan rekan-rekannya hujan meski deras tapi relatif tidak berlangsung begitu lama.

Sementara Sanusi, warga dusun yang sama sudah langsung bergegas keluar mesjid usai imam mengucapkan salam mengakhiri sholat zhuhur secara berjamaah di Mesjid Ar-Rahmah Tani Mulya. Usut punya usut ternyata Saiful mengkhawatirkan ayam jago yang ia kandangkan di halaman samping rumahnya. Mengingat angin kencang dan air hujan yang dihembuskan ke dalam sela-sela kandang sangat potensial merusak kesehatan ayam jagonya.

Dan Masih tersisa 14 orang yang merasa terperangkap hujan dan membantu Marbot menggulung permadani ke sudut mesjid yang belum selesai direhab itu, agar tidak basah digenangi air hujan ketika menerobos masuk lewat lantai dua. Yang Jompa Mbojo tahu, 6 orang di antara 14 orang tersebut adalah petani padi yang menurut mereka tentu saja hujan kali ini adalah anugerah.

Tetapi lepas dari itu semua, hujan yang mengguyur selama kurang lebih 30 menit tersebut disertai oleh angin kencang itu sempat membuat panik warga. Bagaimana tidak, hampir-hampir angin kencang merobohkan beberapa pohon yang tumbuh di rumah warga. Beruntungnya angin kencang seolah-olah sengaja mencandai warga dan tidak bermaksud serius. Terlihat, begitu beberapa pohon hampir-hampir roboh, anginpun mulai mengurangi kecepatannya. Tetapi begitu pohon-pohon mulai tegak, angin kembali mengencang.

Terdapat seorang warga yang akrab dipanggil Din. Meski menurut warga Dusun Tani Mulya kesehatan mentalnya sedikit terganggu, nyatanya hanya Din seorang yang terlihat tanggap melakukan aksi nyata menghalau angin kencang kali ini. Sedari awal dia sudah berdiri mendongak di tengah jalan raya sambil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan layaknya seorang Ground Marshall (tukang parkir pesawat, red) di apron bandara. Syukurlah angin kencang seolah mengerti aba-aba visual yang diberikan Din.

Alhasil wargapun lega usai angin kencang, satu-satunya jejak buruk yang ditinggalkan angin kencang kali ini adalah terkelupasnya 2 papan seng rumah warga Dusun Tani Mulya bernama Hasanuddin yang berprofesi sebagai supir. Itupun mungkin karena kebetulan dia tidak sedang berada di rumahnya waktu kejadian berlangsung.

Dan seperti biasa usai hujan deras awal musim selalu terlihat tumpukan sampah bertebaran di sepanjang jalan Dusun Perintis Desa Naru. Diseret hujan dari halaman-halaman rumah warga dan dari got yang telah hampir merata dengan badan jalan. [Mus]

No comments:

Post a Comment