text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Sampah Kian Menebing di Jembatan Tente
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Monday 18 November 2013

Sampah Kian Menebing di Jembatan Tente


Woha, 18 November 2013
 
Gundukan sampah yang senakin meresahkan di sepanjang tebing sungai Jembatan Tente. Hanya berharap banjir datang menggerusnya
Melihat sampah yang kian hari semakin menggunung di kolong Jembatan Tente memang bikin resah. Warga yang kebetulan bertetanggaan dengan jembatan kerap mengeluhkan tumpukan sampah tersebut. Apalagi di awal musim hujan, aroma tak sedap bahkan semakin tersiar sampai di meja makan. Demikian diakui oleh Zulkarnain, salah seorang warga Desa Naru.

Jembatan Tente adalah penghubung antara Desa Tente dan Desa Naru yang terpisah oleh aliran sungai. Sungai itulah yang kemudian dialih-selewengkan warga dari berbagai penjuru sebagai ’liang’ sampah. Untung, jika banjir datang kemudian menggusur pergi gundukan-gundukan sampah tersebut. Kalau tidak, maka gundukan-gundukan sampah itu akan semakin menebing.

Zul kepada Jompa Mbojo (18/11) menyesalkan Camat Woha yang terkesan acuh tak acuh menyikapi masalah sampah tersebut. Padahal menurutnya ia sudah pernah mengusulkan agar setidaknya dibuatkan papan peringatan yang melarang membuang sampah di lokasi dimaksud. Dengan papan peringatan setidaknya menurut Zul akan membuat warga merasa risih untuk terus membuang sampah di situ.
“Tidak bisa tidak warga tentunya sadar sedang mencemari sungai, Tapi perilaku tidak sehat dan tidak bertanggung jawab perlu diingatkan. Minimal dengan papan peringatan. Tanpa peringatan tertulis warga akan keterusan. warga akan merasa tidak bersalah jika membuang sampah di situ“ Pungkasnya.
Setia Dermawan, Kepala Desa Tente membenarkan tentang adanya keluhan dari beberapa warganya. Dan ia mengaku sering menghimbau agar warganya tidak sembarangan membuang sampah di kolong jembatan. Tapi menurut Dermawan Desa-desa lain juga punya andil mencemari sungai tersebut.
 “Parahnya lagi, tidak sedikit Tukang Sampah dadakan yang disewa oleh ’pemilik’ sampah untuk dibuangkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tapi mereka curang membuangnya ke situ“ Terang Dermawan.
Padahal menurut Dermawan, Pemerintah sudah menghabiskan dana miliaran rupiah untuk membangun TPA di penghujung Desa Wadu Wani sana. Tapi menurut Zul tidak cukup Pemerintah membangunkan TPA di lokasi yang nota bene cukup jauh seperti itu. Mestinya pemerintah menunjuk titik-titik tertentu sebagai ’terminal’ sampah, guna menunggu jemputan dari truk pengangkut sampah.
Dermawan memaklumi permasalahan itu, ia mengingat dulu pernah dibahaskan tentang penunjukan titik-titik tersebut dan konon dana untuk pengadaan truk pengangkut sampah akan disediakan oleh Pemerintah Pusat tapi nyatanya berbilang tahun belum juga direalisasikan.
Kepada Jompa Mbojo, Zul meragukan efektivitas TPA (yang waktu pembangunannya dulu juga menjadi bahan kontroversi dan demonstrasi) jika tidak diadakan truk pengangkut sampah. “Percuma pemerintah menghabiskan dana miliaran rupiah membangun TPA, kalau pemerintah sendiri enggan mengikutkan anggaran dana untuk pengadaan truk pengangkut sampah“ Tegas Zul. [Mus]

No comments:

Post a Comment