text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Hari kedua Banjir di Kecamatan Woha
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Thursday 26 December 2013

Hari kedua Banjir di Kecamatan Woha


Melewati hari kedua, hingga Pukul 15.30, Kamis (26/12) banjir di Kecamatan Woha belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan surut. Ketinggian air di beberapa tempat masih setinggi leher. Kondisi warga korban banjir terlihat semakin memperihatinkan. Berikut laporan Alva, saat memantau kondisi banjir di beberapa lokasi Woha.

Warga Korban Banjir Banyak Mengungsi
Lebih dari separuh Warga Dusun Tani Mulya di Desa Naru dan warga Dusun Beringin Desa Nisa lebih memilih untuk mengungsi di rumah-rumah saudara mereka yang tidak tergenang banjir ketimbang terus bertahan di rumah mereka. Menurut mereka, hal itu lebih baik mengingat kediaman mereka tidak lagi bisa digunakan sebagai tempat memasak. Belum lagi masalah ketersediaan air bersih untuk mandi dan keperluan lainnya. “Tidak mungkin kita tinggal di rumah. Lhah, banjir tinggi begitu. Masa tinggal di rumah. Bisa apa kita di situ (rumah, red),” keluh Junaid (42) warga Dusun Beringin.

Di Dusun Tani Mulya, warga yang memiliki rumah berlantai sudah memilih mengungsi sejak sore kemarin (25/12). Sedangkan warga yang memiliki rumah panggung, terpaksa ikut mengungsi malam-malam. Karena menurut pengakuan warga, sekitar pukul 23.00, ketinggian banjir sudah melampaui lantai rumah panggung mereka. Rata-rata tinggi rumah panggung warga adalah 1.5 m. Naasnya lagi, warga yang mengungsi di Mesjid Ar-Rahmah Pucuke sejak sore kemarin terpaksa harus pindah di lantai 2 yang luasnya tidak seberapa. “Melihat gelagat banjir yang naik perlahan tapi pasti membuat kita was-was juga. Jadi tidak apa lah ‘berenang’ malam-malam daripada meringkuk khawatir di rumah,” Kata Saiful (43) Warga Dusun Tani Mulya.

Beberapa Ruas Jalan Masih Belum Bisa Dilintasi
Ada 2 ruas jalan di Woha yang masih mustahil untuk dilintasi, yaitu jalan yang dari Desa Tente menuju ke Desa Cenggu Kecamatan Belo. Sehingga otomatis desa-desa lain setelah Cenggu yang akan ke Woha harus berjalan memutar ke utara melewati Jalan baru Di Desa Talabiu Woha. Sementara di Jalan Baru Talabiu sendiri, beberpa ruasnya dikhabarkan belum cukup leluasa untuk dilewati oleh kendaraan beroda dua.

Jalan kedua yang masih belum bisa dilewati adalah jalan yang dari Desa Naru menuju Desa Waduwani dan Desa Keli. Ini adalah jalan yang melewati Dusun Tani Mulya, dimana badan jalan sepanjang ratusan meter masih digenangi air setinggi dada. Boleh dibilang Waduwani terisolir total bagi kawasan timur Woha. Satu-satunya jalan dari Tente jika menuju Waduwani adalah dengan memutar ke barat, melewati Desa Samili dan 4 desa lainnya sebelum masuk ke Keli. Perjalanan akan memakan waktu yang lama, sekitar 3 jam. Belum lagi di batas barat Desa Waduwani, sekitar 50 meter badan jalannya dikhabarkan masih tergenang setinggi roda sepeda motor.

Pedagang Di Tente Membuka Lapak di Pinggir Jalan
Lokasi Pasar Tente boleh saja masih tergenang banjir setinggi paha, tetapi bukan pedagang namanya kalau tidak punya alternatif lain dari ‘hal kecil’ semacam itu. Untuk memenuhi kebutuhan sembako warga Woha dan sekitarnya. Para pedagang terpaksa membuka lapak dagangannya di pinggir jalan sepanjang pertokoan utara Desa Tente. Luar biasa, sebagaimana pengakuan para pedagang yang berasal dari Desa Samili ketika ditemui di lokasi, sejak pukul 2.00 dini hari mereka sudah menggelar dagangannya di tempat tersebut. Ketika kami meliput pada Pukul 7.00 pasar dadakan tersebut sudah terlihat ramai dikunjungi warga. Sayur-sayuran dan ikan segar berjejal penuh di kedua sisi jalan.

Untungnya, arus lalu lintas menuju ke arah Cenggu memang sudah terhenti total. Sehingga para pedagang tersebut bisa dengan leluasa membuka lapak sampai menyinggung badan jalan yang bebas dari genangan banjir, tanpa mengganggu arus lalu lintas sebagaimana hari-hari biasanya. [Alv]

No comments:

Post a Comment