text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Sebagian Besar Lahan Korban Banjir di Woha Masih Terlantar
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Monday 6 January 2014

Sebagian Besar Lahan Korban Banjir di Woha Masih Terlantar


Areal persawahan yang terbentang luas di antara Desa Naru dan Desa Tenga adalah merupakan area terparah di Kecamatan Woha yang diterjang banjir pada akhir Desember lalu. Tidak heran jika hingga kini (6/1/2014) sebagian besarnya masih belum bisa digarap kembali akibat air banjir yang masih tergenang hampir setinggi pematang.

Sebagaimana diakui oleh Sanusi Yusuf (53) kepada Jompa Mbojo di kediamannya. Warga Desa Naru yang juga pemilik lahan di area tersebut menyatakan, bahwa sementara ini ia dan para pemilik lahan lainnya hanya bisa menunggu genangan akan mengering secara alami. Karena menurutnya upaya menguras air dengan bantuan mesin sangat sulit untuk dilakukan, mengingat jauhnya sungai dan kali sebagai tempat pembuangan air.

Sanusi memperkirakan, jika cuacanya cerah, maka dalam 3 hari ke depan ia sudah bisa mulai menggarap untuk kemudian ditanami kembali. Untungnya menurut Sanusi, menggarap kembali lahan yang terbebas dari banjir relatif lebih mudah dibandingkan dengan mengarapnya di saat kering. Karena tanah telah menjadi lembut dan tanaman pengganggu biasanya mati terendam air. Belum lagi menurut hematnya, kebutuhan pupuk untuk penggemburan awal juga relatif sedikit.

“Kami hanya berharap intensitas hujan tidak lagi tinggi. Kalau hujan tinggi, bisa dipastikan kami akan terlambat panen. Terlambat panen itu rugi, tapi kita khan hanya bisa berharap karena cuaca di luar kendali kita khan?” katanya tanpa menjelaskan pasal kerugian yang disebabkan oleh keterlambatan panen.

“Lagian bukan hanya di So Sambi yang masih tergenang, coba lihat di Rabakodo dan Nisa juga masih banyak yang bernasib sama dengan kita” Imbuhnya.

Tapi meski sebagian besar lahan di areal persawahan yang biasa disebut sebagai ‘So Sambi’ tersebut masih terlantar, sebagian kecil lainnya yang rata-rata bersebalahan dengan badan jalan sudah ada yang telah kembali diolah dan ditanami oleh sejumlah petani. “Sawah mereka itu tinggi (tempatnya), jadi air cepat turun, beda dengan kita.” Jelas Sanusi kembali. [Alv]

No comments:

Post a Comment