Mengajak umat untuk menunaikan
kewajiban sholatnya dengan hanya bermodalkan kata-kata ceramah saja belumlah
cukup. Mereka yang telah sedemikian lemah imannya perlu perlakuan ekstra.
Ibarat seorang yang hampir sekarat karena kehausan di padang pasir, maka mengingatkan dia untuk
minum saja tidak akan membuatnya bertahan hidup. Yang perlu dilakukan adalah
dengan memapahnya ke sebuah sumber air lalu membantunya meneguk. Dan jika ada
yang bertanya, kenapa kita tidak berbagi saja bekal air kita dengannya? Maka
iman tidak bisa didonasi, tapi harus ditimba langsung oleh yang bersangkutan.
Berdasarkan fakta dan ilustrasi
seperti itulah, sehingga beberapa warga di Dusun Tani Mulya, Desa Naru,
Kecamatan Woha menjalankan sebuah program yang sementara ini mereka sebut
Jaulah. Yaitu berombongan keliling kampung untuk mengajak serta orang yang
ditemuinya guna menunaikan sholat berjamaah di mesjid.
Sebagaimana dikatakan Amrin Hamzah,
S.Ag mewakili rekan-rekannya kepada Jompa Mbojo pada Selasa malam (12/3), bahwa
program jaulah ini mereka jadwalkan dua kali dalam seminggu, pada saat
menjelang adzan isya. Maka itu mereka bagi menjadi jaulah satu pada malam Senin
dan jaulah dua pada malam Selasa.
Dimana jaulah satu mereka lakukan
dengan berkeliling di RT 07 Dusun Tani Mulya, untuk mengajak warga yang mereka
temui di jalan-jalan dan gang perkampungan, sekaligus membimbing langsung
tangan mereka menuju Mesjid Al-Furqan. Sedangkan Jaulah dua mereka pintaskan di
RT 08 dan ‘mengawal’ langsung warga yang mereka temui untuk melakukan sholat
berjamaah ke Mushollah yang ada di RT 08.
Hasil dari program jaulah ini
dinilai Amrin sangat efektif, warga yang biasanya masih asyik nongkrong di
jalanan ketika adzan isya berkumandang mampu mereka bimbing ke Mesjid dan atau
Mushollah. “Alhamdulillah, Mesjid yang biasanya kalau sholat isya hanya berisi
satu syaf bisa menjadi tiga syaf. Mushollah yang biasanya hanya berisi 4 jamaah
bisa menjadi 30-an orang. Itu kan
luar biasa?” Syukur Amrin usai melakukan taklim (pengajian, red) dengan sesama
rekannya di mesjid.
Diakui Amrin, awalnya jaulah ini
adalah inisiatif dari sebuah jamaah yang biasanya disebut-sebut sebagai Jama’ah
Tabligh. Tapi fakta yang patut disyukuri adalah, rekan-rekannya yang terlibat
sekarang bukanlah mereka yang nota bene bergabung dalam suatu jamaah tertentu.
Sehingga Amrin dan rekan-rekannya tidak lagi terkesan sebagai sebuah jamaah,
tapi merupakan bagian dari masyarakat biasa yang peduli dengan kehidupan sosial
keagamaan di lingkungannya.
“Jaulah yang telah kita jalankan
hampir dua bulan terakhir ini adalah program milik masyarakat umum, program
kampung kita. Kita harus membuang jauh-jauh kesan bahwa jaulah adalah program
eksklusif dari jamaah tertentu. Sehingga kita tidak perlu risih untuk terlibat
(dalam jaulah,red).” tandas Amrin. Bahkan menurutnya kalau perlu, istilah
‘Jaulah’ boleh dirubah dengan istilah yang lain. Intinya bagi mereka adalah
membantu sesama muslim untuk bisa menegakkan sholat dan lebih meramaikan masjid
dan mushollah.
“Sholat di rumah itu ibarat
seseorang yang menyekap nikmat Allah untuk dirinya sendiri. Tanpa sadar kita
telah berlaku kikir kepada saudara-saudara kita yang lain. Ketika kita berjalan
menuju masjid, dan saudara-saudara kita melihat kita, lambat laun mereka akan
merasa aneh untuk tidak sholat. Maka itu ramaikan masjid, karena manusia ini
cenderung ke arah keramaian,” imbuh Ustadz muda ini.
Sekali lagi disyukuri Amrin, bahwa
warga Dusun Tani Mulya sudah paham tentang makna jaulah sehingga sebagian besar
warga menyambutnya dengan haru, meski yang terlibat aktif dalam jaulah belum
melebihi sepuluh orang dan rata-rata masih muda. Tapi ia optimis jika program
ini terus dijalankan, maka lambat laun warga yang aktif terlibat akan terus
bertambah.
“Awalnya yang ambil bagian dalam usaha
ini hanya empat orang, tapi setelah dua bulan berjalan, yang aktif kadang bisa
sampai 10 orang. Insya Allah, semoga terus bertambah beriring waktu,” harap
Amrin. Dengan adanya program ini, Amrin berharap warga yang belum sholat bisa
dipapah untuk menegakkannya. Sedang mereka yang sholatnya hanya di rumah bisa
diajak berbimbingan ke masjid.
Patut ditiru, diamini, dan didukung
memang harapan dan usaha mereka ini. Beberapa warga yang dengan tulus mencoba
untuk menebarkan aura agama di perkampungannya. Dan ketika gema Adzan tidak
lagi mampu mengetuk hati kita untuk merasa terpanggil mendatangi masjid, mereka
jalan berkeliling kampung untuk mengulurkan tangannya memapah saudara-saudara
mereka menuju masjid. [Adn]
No comments:
Post a Comment