Dalam membuka usaha kuliner, lokasi strategis dan prasarana mewah
tidaklah semata menunjang keberhasilan. Lebih dari itu, karakteristik
menu dan cita rasa makanan yang ditawarkan, serta pelayanan yang santun
merupakan kunci untuk menarik banyak pelanggan. Banyak orang yang sudah
membuktikan perihal tersebut, salah satunya adalah Dae Fau.
Perempuan 60 tahunan warga Desa Tente Kecamatan Woha ini, boleh
dibilang berhasil dengan usaha warung makan yang telah beberapa tahun ia
geluti sepeninggal suaminya. Meski ditilik dari omzet memang tidak
terlalu wah, karena memang volume makanan yang dijualnya ia batasi,
mengingat usaha yang ia jalankan hanyalah sekedar untuk mengisi hari
tua. Tetapi yang menarik adalah kemampuannya menarik dan mengikat
pelanggan.
Sehingga tidak mengherankan jika Oha (BI = Nasi) Dae Fau menjadi
sangat populer di kalangan Warga Tente dan sekitarnya yang hendak
menikmati hidangan untuk sarapan. sejak Pukul 06.30 pagi sudah terlihat
banyak antrian warga di depan pintu dapurnya. Dan jangan harap bisa
menikmati Oha Dae Fau ini jika hari sudah mulai beranjak siang, karena
di bawah pukul 10 Dae Fau telah menutup pintu dapurnya.
“Saya hanya menjual nasi sebatas untuk sarapan warga. Biasanya di
bawah jam 10 pagi sudah habis. Kalau keuntungan sih ada lah, sekedar
untuk mencukupu kebutuhan orang yang sudah beranjak tua seperti saya,
dan untuk belanja-belanja cucu,” akunya merendah tanpa membeber berapa
persisnya pemasukan yang mampu diraupnya.
Warung makan Dae Fau ini terletak di Kampo Nggaro (BI = Kampung
Kebun) di belakang deretan pertokoan Tente, Di musim hujan seperti ini,
untuk sampai ke warung tersebut kita harus melewati gang dan menapak di
atas jalan yang tergenang dan berlumpur, tapi apalah artinya rintangan
lumpur bagi mereka yang ketagihan sarapan Oha Dae Fau.
Menu yang ditawarkannya adalah nasi putih dengan 2 pilihan lauk,
yaitu ayam yang dimasak soup atau gulai. Menu biasa ini menjadi
istimewa, karena lauknya adalah ayam kampung yang usianya dipilih Antara
2,5 – 3 bulan. Dengan tekhnik memasak ala Dae Fau, membuatnya berbeda
dengan warung makan lainnya yang bertebaran di Desa Tente. Sedangkan
harga seporsinya adalah 10 ribu.
Bicara pelanggan, mereka yang menjadi pelanggan setia Oha Dae Fau
adalah mereka yang di mata masyarakat Woha adalah orang-orang yang
kebanyakan dipandang ‘berkelas.’ Sehingga tidak jarang ruangan bersantap
sederhana yang disediakan menjadi tempat diskusi hangat Antara sesama
pelanggan tentang banyak hal.
Ketika Jompa Mbojo berkunjung untuk bersantap Oha Dae Fau pada Rabu
(19/3) Pukul 08.12, terpaksa harus bersantap di ruang dapur bersama
dengan H. Ikhsan (43 Tahun) warga Desa Ngali, karena tempat yang
disediakan telah dijejali oleh serombongan Pegawai Kantor Camat Woha.
Menurut H. Ikhsan, bahwa Oha Dae Fau ini bikin penasaran. “Saya tidak
pernah puas makan hanya sepiring, saya selalu makan dua piring,”
polosnya, “kalau saya tidak nafsu dengan makanan di rumah, saya akan
suruh anak jauh-jauh dari Ngali untuk beli Oha Dae Fau,” imbuhnya. [Alv]
No comments:
Post a Comment