Buah Garoso adalah sejenis buah Srikaya termasuk pohon buah-buahan
kecil yang tumbuh di tanah berbatu, kering, dan terkena cahaya matahari
langsung. Tumbuhan yang asalnya dari Hindia Barat ini akan berbuah
setelah berumur 3-5 tahun.
Garoso sering ditanam di pekarangan, dibudidayakan, atau tumbuh liar,
dan bisa ditemukan sampai ketinggian 800 m dari permukaan air laut.
Ukuran pohonny memiliki tinggi 2-5 m.
Meski belum memasuki puncak musim Garoso, namun para pedagang musiman
sudah nampak berjejer di sepanjang jalan dari Desa Panda hingga
memasuki Kota Bima. Mereka menunggu pengendara yang melintas untuk
menjajaki buah garoso dengan berbagai ukuran.
Pada bulan-bulan seperti ini, antara Februari-Maret, buah garoso
banyak dijajaki di lapak-lapak sepanjang jalur Panda-Bima oleh warga.
Puncak musim garoso ini akan terjadi pada akhir Maret nanti dan
diperkirakan buah asli Bima ini akan meluber hingga ke trotoar jalan.
Seorang penjual Garoso di perbatasan Kota dan Kabupaten Bima,
Sunarti, 45 tahun mengaku, saat ini buah Garoso belum memasuki puncak
musimnya. Sehingga mereka kesulitan mendapatkan Garoso untuk dijual.
Diakui, buah ini sangat diminati oleh masyarakat terutama warga
lokal. Karena rasanya yang manis, buah ini juga kerap menjadi incaran
para penikmat Garoso bahkan hingga ke pulau Jawa.
"Garoso ini sudah mulai terkenal dengan rasanya yang khas hingga ke
pulau Jawa. Ini membuat saya menjadi penjual musiman untuk menjual
Garoso," ujarnya.
Menurut dia, puluhan orang yang berjualan di pinggir jalan tersebut
adalah bagian yang tidak terpisahkan ketika musim Garoso tiba. Mereka
adalah pedagang musiman yang memiliki profesi lain sebelum maupun
setelah musim Garoso.
"Semua penjual rata-rata merupakan pedagang musiman, baik saat musim
jagung maupun saat musim Garoso seperti saat ini," terangnya.
Dia mengemukakan, bahwa dirinya merupakan penjual ikan dan sayuran.
Namun ketika musim Garoso tiba, ia dan anak-anak serta keluarga beralih
profesi untuk sementara waktu. Mereka menjual Garoso baik yang berasal
dari kebunnya maupun yang didapat dari pemilik kebun lainnya. "Alhamdulillah, di musim Garoso ini ada sedikit rejeki untuk uang sekolah anak-anak," akunya.
Dikatakan, omzet dari penjualan Garoso sendiri tidaklah banyak.
Namun, karena banyak peminat sehingga mereka mau menjual walaupun untung
sedikit. Diakui, penjualan Garoso sebanyak 1000 biji bisa habis dalam
satu hari.
"Malah kurang mas. Bahkan setiap hari kita pesan ke pemilik kebun,
rata-rata habis terjual," katanya, sambil melayani para pembeli yang
biasanya ramai mengunjungi pinggir-pinggir pantai teluk Bima di sore
hari.
Saat ditanya berapa keuntungan yang diperoleh, sambil tesenyum Ibu 7
anak ini menjawab bahwa penghasilannya sehari bisa mencapai Rp 50 hingga
100 ribu. "Apalagi kalau hari libur, biasanya mereka datang rombongan
dan ada juga yang dibungkus," tandasnya. (Bim)
No comments:
Post a Comment