text-align: left;"> KAMPUNG MEDIA "JOMPA - MBOJO" KABUPATEN BIMA: Semua Karena Hobby Batu Akik
Info

SELAMAT DATANG

Di Kabupaten Bima, Komunitas Kampung Media pertama yang dibentuk yakni, JOMPA MBOJO. Pasca dikukuhkan di Kantor Camat Woha pada tahun 2009, Kampung Media JOMPA MBOJO secara langsung membangun komunikasi dengan DISHUBKOMINFO Kab. Bima. Pada Jambore Kampung Media NTB (15/9/2012), JOMPA MBOJO mendapatkan penghargaan pada kategori “The Best Promotor”, yang merupakan penilaian tentang peran serta Pemerintah Daerah dalam menunjang segala kegiatan Komunitas Kampung Media, dan juga dinobatkan sebagai DUTA INFORMASI.

Sekilas Tentang Admin

Bambang Bimawan, tapi biasa dipanggil Bimbim.

Saturday 14 March 2015

Semua Karena Hobby Batu Akik

Nama lahirnya Zulkarnain Gaffar, akrab disapa Zul Dewa. Ayah 2 oang anak yang mengabdi sebagai guru honorer di SMPN 1 Woha ini adalah salah seorang penggemar setia batu akik sejak Tahun 1985 silam. Sempat menggantung kegemarannya Tahun 1995 karena mengurusi kuliahnya. Hingga kembali menggila awal 2013 lalu.

Awalnya Isteri Benci, Kini Tambah Sayang
Ternyata hobby batu cincin ini sudah menakik hatinya sejak lama. Jauh sebelum fenomena batu akik “membumi” seperti sekarang. Ia sudah mulai mengulik beberapa wilayah pegunungan yang tersebar di wilayah Kabupaten Bima hingga Dompu mencari batu akik. Hingga ia, “Lupa segala,” kenang Zul, saat ditemui di kediamannya di sela-sela kesibukannya memoles mata cincin pesanan pelanggan yang mengantri, Jum’at (15/03).
Tak heran jika awalnya sang isteri sangat benci hobbynya ini. Gara-gara batu akik, tak sekali saja Zul pulang malam setelah keluar pagi. Tapi sekarang jangan ditanya. Gara-gara batu akik pula, suami dari Sri Wardani  itu, kini tak lagi keluyuran di luar rumah dan tambah disayang isteri.
“Bagus sekarang. Dae Zul tidak lagi keluar rumah. Apalagi penghasilannya lumayan,” aku Dani sambil terkekeh senang. Apa Pasal?

Awalnya Memburu, Kini Memoles
Bermula dari keperluan sendiri. Batu akik mentah yang ia “boyong” dari gunung, dibentuknya menjadi mata cincin sampai berkilau-kilau menggunakan gerinda manual seadanya. Tak puas dengan kinerja gerinda manual, Zul sempa menyewa mesin gerinda tangan untuk memperingan pekerjaannya.
Melihat hasil kerja Zul, teman-temannya menjadi tertarik menggunakan jasa polesannya. Makin lama makin banyak yang menggunakan jasanya. Melihat peluang, tak lama kemudian ia lantas membeli gerinda tangan dan gerinda duduk sendiri. Alhasil?
Jika dulu sesampai rumah, Zul hanya mendapat omelan dan muka mewek isteri. Sekarang, berkat menggeluti hobbynya, Zul bisa membuat muka isteri kembali berseri seperti awal kenal dengan menyumbang Rp. 300 ribu hingga 400 ribu per hari untuk belanja dapur isteri dan keperluan keluarga.
Dengan hanya di rumah, penghasilannya kini berkali-kali lipat dibandingkan honornya yang tak seberapa dari mengabdi sebagai Guru BK. Sehari ia bisa memenuhi pesanan 15-20 batu cincin, dengan upah Rp. 25 ribu per biji.

Awalnya Dikejar, Kini Dilepas
Melihat nomina yang mampu diraupnya kini sehari, Zul pun tak ragu melepas 8 jam mata pelajaran yang diampu dan dikejar-kejarnya dulu di salah satu sekolah swasta. Padahal ia sudah mengabdi selama 13 tahun di sekolah tersebut. Seolah sertifikasi guru tidak lagi menarik minatnya.
Apalagi sang isteri yang dulu benci hobbynya, kini malah ikut-ikutan memanfaatkan fenomena batu cincin. Lewat internet, Dani mempromosikan batu cincin hasil polesan suami ke ribuan teman  facebooknya. Tak sedikit peminat yang langsung mengontak untuk membayar.

Awalnya Bima, Kini Jawa
Tak kalah dengan suami, baru beberapa bulan posting sejak akhir 2014 lalu. Dani kini telah berhasil “memasarkan” hasil kreatifitas Zul tidak hanya sebatas wilayah Bima. Kini telah sampai ke Bali dan Kupang, bahkan sampai ke Pulau Jawa. Sebut saja, Solo dan Yogyakarta.
Total batu cincin yang terjual secara online hingga kini telah mencapai 50 biji. Harganya berkisar pada Rp. 100 ribu hingga 250 ribu. “Tergantung kualitas,” kata Zul.
Dan itu baru batu cincin yang sudah jadi. Belum lagi batu akik mentah. Kesemuanya dikirim dan dibayar lewat jasa Kantor Post.
Melihat kemampuan dan hasil memanfaatkan fenomena batu cincin dari pasangan suami isteri ini. Siapa lagikah yang masih mencibir ketika melihat jari jemari para penggemar batu akik? (Adn)

No comments:

Post a Comment